JAKARTA – Presiden Bank Jepang untuk Kerjasama Internasional (The Japan Bank for International Cooperation/JBIC) Tadashi Maeda mengumumkan komitmennya untuk tidak lagi membiayai proyek PLTU batu bara.

Dalam wawancara dengan media Jepang, Tadashi mencontohkan Indonesia sedang mencoba mendorong energi terbarukan. Namun, energi terbarukan belum stabil karena masih bergantung pada kondisi cuaca.

Sebagai solusi, JBIC menawarkan untuk beralih ke pembangkit listrik termal LNG (liquefied natural gas), yang lebih sedikit CO2 (karbon dioksida) daripada tenaga batu bara, untuk mengimbangi.

“Saya akan mengatakan ini berulang kali, tetapi mulai sekarang, kami tidak akan menerima proyek untuk proyek PLTU batu bara baru. Namun, masih disalahpahami oleh publik bahwa saya berpegang teguh pada PLTU batu bara,” tegasnya dalam keterangan resmi, Jumat (24/4).

Pernyataan JBIC ini keluar setelah sebelumnya dua raksasa pembiayaan dari Jepang, Mizuho dan Japan’s Sumitomo Mitsui Financial Group Inc (SMFG) juga menyatakan tidak lagi mendukung pembiayaan PLTU Batu Bara.

Mizuho menyatakan akan memangkas saldo kredit untuk sektor pembangkit listrik bertenaga batu bara sebesar 300 miliar yen atau setara US$2,8 miliar untuk proyek pembangkit listrik tenaga batubara pada 2030. Mereka pun akan berhenti membiayai secara total pada 2050.

Langkah Mizuho, juga diikuti oleh Sumitomo Mitsui Financial Group Inc (SMFG) Jepang yang pada Kamis (16/4) menyatakan tidak akan lagi memberikan pinjaman kepada PLTU batu bara baru mulai 1 Mei mendatang.

Sebagai catatan ada empat proyek PLTU Batu Bara yang dibiayai JBIC yakni PLTU Cirebon 2 1×1000 MW, PLTU Tanjung Jati B 2×1000 MW, PLTU Kalselteng 2 2×100 MW dan PLTU Batang 2x1000MW

Sejalan dengan itu, Koordinator Regional Pengkampanye Iklim dan Energi Greenpeace SEA Tata Mustasya menilai pernyataan JBIC merupakan sinyal yang jelas bahwa pembiayaan internasional semakin menjauhi batu bara.

“Ini merupakan sinyal yang jelas bahwa pembiayaan internasional, baik swasta maupun publik semakin menjauh dari batu bara yang berisiko tinggi secara ekonomi, politik, dan reputasi. Namun, JBIC harus menunjukkan komitmennya secara konkret dengan menghentikan investasi PLTU batu bara di Indonesia dan beralih ke energi bersih dan terbarukan,” ujarnya.

Tata menambahkan Indonesia memiliki potensi energi surya dan angin yang besar dengan tingkat utilisasi yang rendah. Dia menilai JBIC pun harus menghindari untuk beralih sementara ke LNG karena ini justru akan menghambat dan menunda transisi energi.

“Sementara kewajiban pemerintah Indonesia adalah menyediakan regulasi dan kebijakan yang mendukung investasi energi bersih dan terbarukan,” pungkasnya

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia