JAKARTA – Wabah Virus Corona turut ‘menghantam’ Boeing dan Airbus yang memproduksi pesawat di China. Pabrik Airbus di Tianjin, China ditutup setelah pemerintah China memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek sebagai upaya mencegah penyebaran virus.

Penutupan itu telah melumpuhkan sebagian besar kapasitas produksi perusahaan pesawat asal Eropa. Tianjin adalah titik perakitan terakhir untuk Airbus A320, tipe yang memiliki pesanan terbesar dalam Airbus.

Sebesar 10 persen perakitan terakhir pesawat tersebut dilakukan di Tianjin, China. Dikutip dari CNN, jika penyetopan sementara masih akan berlanjut, maka pesanan A320 Airbus akan terancam terlambat.

Namun, pada akhir tahun lalu, Airbus mengatakan memiliki cadangan lebih dari 6.000 pesanan untuk pesawat A320.

Airbus mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya akan mengamati persyaratan pemerintah China untuk staf untuk bekerja dari rumah. Pembatasan perjalanan domestik dan internasional menimbulkan beberapa tantangan logistik.

Airbus menolak berkomentar ketika ditanya rencana mengoperasikan kembali pabriknya di Tianjin, kota yang terletak ratusan mil dari pusat Virus Corona, Wuhan.

Airbus merakit A320 dan memberikan sentuhan akhir seperti pemasangan kabin pada A330 di pabrik yang berlokasi di Tianjin tersebut. Pabrik tersebut sekaligus menjadi pabrik perakitan pertama di luar benua asalnya.

Sedangkan untuk Boeing, Virus Corona membuat perusahaan mengalami krisis yang bertubi-tubi. Pasalnya, Boeing masih mencoba ‘bangkit’ setelah kasus 737 Max.

Boeing memasang interior 737 Max di sebuah pabrik dekat Shanghai. Namun, saat ini tidak ada pesawat tersebut yang ‘parkir’ di Shanghai. Pasalnya, Januari lalu Boeing menghentikan produksi 737 Max secara keseluruhan.

Boeing juga memiliki fasilitas perawatan di Shanghai dan sebuah pabrik di Tianjin yang memproduksi suku cadang pesawat. Namun, juru bicara itu mengatakan masih terlalu dini untuk berspekulasi tentang dampak potensial terhadap fasilitas ini.

Prioritas Boeing adalah untuk mendapatkan 737 Max kembali ke udara sehingga dapat melanjutkan pengiriman di China dan pasar penerbangan lainnya.

Bulan lalu, Boeing melaporkan kerugian tahunan pertamanya sejak 1997, karena biaya krisis 737 Max memusnahkan pendapatan.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia