WSHINGTON DC – Senat Amerika Serikat (AS) sedang dilanda kebuntuan soal proses sidang pemakzulan Presiden Donald Trump. Perdebatan berlangsung soal pemanggilan sejumlah pejabat Gedung Putih untuk dijadikan saksi dalam sidang pemakzulan itu.

Para politikus top Partai Demokrat berupaya membujuk sejumlah politikus Partai Republik yang dianggap bisa membantu memecahkan kebuntuan tersebut.

Seperti dilansir Reuters dan Channel News Asia, Sabtu (4/1/2020), usai masa reses selama dua pekan, masih belum ada kejelasan soal waktu pelaksanaan sidang pemakzulan Trump. Diketahui bahwa dakwaan pemakzulan Trump disetujui oleh House of Representatives (HOR) atau DPR pada 18 Desember 2018.

Dengan kata lain, pada 18 Desember lalu, DPR AS yang dikuasai oleh Partai Demokrat telah secara resmi memakzulkan Trump karena menekan Ukraina untuk menyelidiki mantan Wakil Presiden AS, Joe Biden, yang berpotensi menjadi penantang terkuat Trump dalam pilpres 2020.

Untuk bisa memakzulkan Trump secara menyeluruh, sebuah persidangan akan digelar di Senat AS. Meskipun hampir dipastikan bahwa Senat AS yang didominasi Partai Republik akan membebaskan Trump dari dakwaan pemakzulan.

Dalam pernyataan terbaru, Ketua Mayoritas Senat AS, Mitch McConnell, dari Partai Republik menyatakan sidang pemakzulan Trump tidak akan bisa digelar tanpa dakwaan pemakzulan, yang hingga kini belum juga diserahkan ke Senat oleh Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, dari Partai Demokrat. Situasi semakin buntu saat McConnell dan Ketua Minoritas Senat AS, Chuck Schumer, dari Partai Demokrat berselisih soal bagaimana sidang pemakzulan Trump harus digelar.

Pada Jumat (3/1) waktu setempat, McConnell menyatakan begitu Senat menerima dakwaan pemakzulan dari DPR AS, maka pihaknya akan langsung menggelar persidangan dan menyelesaikan perselisihan soal saksi ‘di tengah persidangan’. Menurut McConnell, hal ini mengikuti preseden dari sidang pemakzulan mantan Presiden Bill Clinton sekitar dua dekade lalu. Clinton, dari Partai Demokrat, dimakzulkan oleh DPR AS namun dibebaskan dari dakwaan oleh Senat AS.

“Seperti 20 tahun lalu, kita seharusnya membahas pertanyaan-pertanyaan di tengah persidangan seperti pertanyaan soal saksi setelah briefing, pertanyaan Senator dan mosi-mosi terkait,” ucap McConnell.

Namun Schumer dalam pernyataan terpisah menyebut McConnell berupaya menyiapkan jebakan dengan menunggu untuk mempertimbangkan saksi-saksi hingga setelah presentasi pembukaan dalam sidang pemakzulan.

Schumer menilai jika persoalan saksi dibahas di tengah sidang, maka McConnell akan berupaya mengakhiri sidang dengan segera dan menuduh Demokrat mengulur-ulur jalannya persidangan dengan memanggil saksi-saksi. Menurut Schumer, saksi-saksi yang ingin dipanggil Demokrat dalam sidang pemakzulan Trump belum pernah dimintai keterangan sebelumnya, berbeda pada kasus Clinton.

Diketahui bahwa Demokrat ingin agar pelaksana tugas (Plt) Kepala Staf Gedung Putih AS, Mick Mulvaney, juga mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, dan dua pejabat Gedung Putih lainnya dihadirkan sebagai saksi dalam sidang pemakzulan Trump di Senat AS nantinya.

“Jadi jika kami tidak mendapatkan komitmen dari awal bahwa manajer-manajer DPR AS akan mampu memanggil saksi-saksi itu sebagai bagian dari kasus mereka, maka Senat sama saja akan menggelar pertemuan yang tidak lebih dari ‘Mock Trial Club’ yang disiarkan televisi secara nasional,” sebut Schumer.

Dalam permohonan kepada Senator Republik yang memiliki kekhawatiran soal posisi McConnell, Schumer juga menekankan bahwa keputusan soal parameter sidang pemakzulan ‘pada akhirnya ada pada mayoritas Senator dalam Senat’. Diketahui bahwa Republikan menempati 53 kursi mayoritas di Senat AS, di mana dibutuhkan 51 suara untuk meloloskan aturan bagi sidang pemakzulan Trump.

Dua Senator Republikan, Lisa Murkowski dan Susan Collins, menyampaikan kekhawatiran soal pendekatan McConnell terhadap sidang pemakzulan Trump. Sebelumnya McConnell menyatakan dirinya bertindak dalam ‘koordinasi sepenuhnya’ dengan Gedung Putih dan tidak akan menjadi juri yang tidak memihak.

Sidang pemakzulan di Senat AS membutuhkan dua pertiga suara untuk menyatakan Trump bersalah atas dakwaan pemakzulan — penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres AS — dan memakzulkannya sepenuhnya. Itu berarti dibutuhkan lebih dari 20 Senator Republikan untuk membelot dari partai mereka agar bisa melengserkan Trump.

Kedua pemimpin Senat AS, McConnell dan Schumer, bicara soal sidang pemakzulan Trump setelah serangan AS di Baghdad, Irak, yang menewaskan Komandan Pasukan Quds pada Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani. Serangan itu diperintahkan Trump dan Iran telah bersumpah akan membalasnya.

Politikus Republikan dan Demokrat di Kongres AS juga berselisih soal serangan itu. Senator Republikan, Lindsey Graham, yang dekat dengan Trump menyebut serangan itu sebagai ‘serangan defensif untuk menetralkan serangan mendatang yang direncanakan dan dieksekusi oleh Soleimani’. Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, dari Demokrat menyebut pembunuhan Soleimani berisiko memprovokasi ‘eskalasi kekerasan yang berbahaya’.

Editor: PARNA
Sumber: detiknews