Samsung memutuskan untuk menyetop produksi smartphone di China. Alasannya, perusahaan merasa memiliki harapan kecil bisa unggul dalam persaingan industri smartphone di Negeri Tirai Bambu.
Pemberhentian ini dilakukan cukup cepat. Buktinya, Samsung sudah menutup dua fasilitas produksi, yang salah satunya berlokasi di selatan kota Huizhou pada Juni 2019 lalu.
“Di China, orang membeli smartphone murah dari merek lokal dan smartphone kelas atas keluaran Apple atau Huawei. Samsung memiliki sedikit harapan di sana untuk menghidupkan kembali pangsa pasarnya,” kata Park Sung-soon, seorang analis di Cape Investment & Securities, seperti dilansir Reuters.
Mau tidak mau, Samsung harus menyetop produksi di China untuk melakukan efisiensi dengan memaksimalkan produksi di luar China. Meski begitu, Samsung masih akan terus melanjutkan penjualan smartphone di China.
“Peralatan produksi akan dialokasikan kembali ke fasilitas produksi lainnya, tergantung pada strategi produksi global kami berdasarkan kebutuhan pasar,” kata Samsung dalam sebuah pernyataan.
Samsung sendiri enggan mengungkap berapa jumlah karyawan di pabrik Huizhou, yang telah berdiri sejak 1992. Menurut laporan media Korea Selatan, ada sekitar 6.000 karyawan yang kapasitas produksinya mencapai 63 juta unit pada 2017.
Berdasarkan laporan yang sama, Samsung mampu memproduksi 394 juta handset di seluruh dunia di tahun 2017.
Samsung sendiri telah memperluas produksi ponsel pintar di negara berkembang, seperti India dan Vietnam, dalam beberapa tahun ke depan.
Tidak hanya Samsung, beberapa vendor smartphone lain juga sudah ada yang benar-benar menyetop produksi di China karena meningkatnya biaya tenaga kerja dan perlambatan ekonomi. Salah satunya Sony, yang sudah menyetop pabrik di Beijing dan hanya melakukan produksi di Thailand.
Meskipun begitu, Apple masih tetap memilih untuk mempertahankan produksinya di China. Hanya saja, perusahaan juga membidik negara lain untuk menjadi lokasi pabrik selanjutnya. Ada Vietnam dan Indonesia di antaranya.
Editor: PAR
Sumber: kumparan