POJOK BATAM.ID – Insiden memilukan terjadi di Langkat, Su­matera Utara (Sumut), kemarin siang. Sebuah rumah yang dimanfaatkan untuk pabrik perakitan macis (korek api gas) terbakar. Sebanyak 30 orang tewas. Semua perempuan. Delapan di antaranya merupakan pasangan ibu dan anak.

Mereka adalah Fitri dan anaknya, Sifa. Jenazah Fitri ditemukan memeluk Sifa. Ada juga korban bernama Yunita Sari dan dua anaknya, Pinja serta Sasa. Lalu, Desi bersama dua anaknya, Juna dan Bisma.

Peristiwa tragis itu terjadi di sebuah rumah di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Binjai, Langkat. Sudah lebih dari 5 tahun rumah tersebut dimanfaatkan sebagai tempat pembuatan macis. Karyawannya mencapai puluhan. Sebagian besar korban yang meninggal kemarin adalah para pekerja.

Beberapa warga yang dihubungi Sumut Pos mengatakan, api diketahui membesar sekitar pukul 12.00 WIB. Sebelumnya, beberapa warga mendengar suara ledakan dari bagian belakang rumah yang diduga dimanfaatkan sebagai dapur. Suara ledakan itu diikuti munculnya api. Warga sempat berusaha memadamkan­nya. Namun, api membesar hanya dalam hitungan detik. “Tak sampai semenit, api yang semula hanya terlihat dari dapur sudah melalap seisi rumah,” kata Andi, saksi mata.

Mobil pemadam kebakaran baru tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 12.30 WIB. Total enam mobil dikerahkan. Api baru dapat dipadamkan sekitar pukul 13.00 WIB. Namun, sudah terlambat. Seisi rumah sudah ludes. Tiga puluh nyawa melayang.

Kapolres Binjai AKBP Nugroho Tri Nuryanto langsung turun untuk memantau evakuasi para korban. Saking banyaknya korban, ada sembilan ambulans yang dikerahkan. Seluruh jenazah yang hangus dibawa ke RS Bhayangkara Medan.

Kasubbaghumas Polres Binjai Iptu Siswanto Ginting menyatakan, rumah yang terbakar tersebut milik Sri Maya, 47, warga Jalan Perintis Kemerdekaan, Dusun IV, Desa Sambirejo. Rumah tersebut disewakan kepada Burhan, 37, warga Jalan Bintang Terang, Desa Mulyorejo, Deliserdang.

Sebelum kebakaran, sebenarnya ada 34 orang yang berada di dalam rumah tersebut. Namun, empat pekerja keluar untuk makan siang. Empat pekerja yang selamat tersebut adalah Nur, Deni Novita Sari, Ariyani, dan Ayu. Namun, empat perempuan tersebut masih syok. Maklum, semua korban adalah teman mereka.

Sumut Pos kemarin sempat mewawancarai Deni Novita Sari di sebuah rumah di belakang TKP. “Waktu kejadian, saya lagi makan di luar. Begitu dikabari ada kebakaran, saya lemas. Mau berdiri enggak sanggup. Semuanya kawan kami yang jadi korban,” kata perempuan yang akrab disapa Pipit ini.

“Saya enggak ada firasat apa-apa. Macam mimpi. Ledakan banyak terdengar, enggak bisa dihitung,” lanjut Pipit.

Tak lama kemudian, petugas Satrýeskrim Polres Binjai datang. Empat pekerja yang selamat itu dibawa ke gedung Satreskrim Polres Binjai untuk dimintai keterangan.

Sekitar pukul 15.30 WIB, Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto tiba di lokasi kejadian. Jenderal bintang dua tersebut memasuki rumah yang terbakar. Agus menjelaskan, berdasar laporan anak buahnya, korban tewas 30 orang. Saat ini jajarannya masih mengusut kasus tersebut. “Akan dilakukan penelusuran terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab. Pemilik pabrik rumahan mengabaikan keamanan dan keselamatan pekerjanya,” ujar mantan Dirreskrimum Polda Sumut itu.

Kapolres Binjai AKBP Nugroho Tri Nuryanto mengatakan, pihaknya mempertanyakan standar kerja di pabrik rumahan tersebut. Berdasar laporan, pintu-pintu rumah itu selalu dikunci setiap jam kerja. Hal tersebut dilakukan mungkin untuk menghindari pekerja mencuri barang-barang di dalam rumah. Nugroho menegaskan bahwa pemilik pabrik rumahan itu sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Diduga Tidak Berizin

Pabrik macis maut itu disebut sudah beroperasi lebih dari 5 tahun. Namun, industri rumahan yang mempekerjakan puluhan orang itu ternyata tidak berizin. Hal itu ditegaskan Pengawas Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Wilayah Medan-Binjai-Langkat, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Mahipal Nainggolan. “Itu berdasar data yang kami miliki,” kata Mahipal kemarin siang di lokasi kejadian.

Dia juga mengatakan bahwa instansinya tidak tahu jika di desa tersebut terdapat home industry macis. “Berapa lama perusahaan ini berdiri, kami juga tidak tahu. Disnaker dan perangkat di Kabupaten Langkat belum memberi tahu kami kalau ada perusahaan ini,” tegasnya.

Dia mengatakan, disnaker pemprov akan memanggil pihak-pihak terkait untuk mendata perusahaan-perusahaan serupa. “Kita berharap semua perusahaan mengurus izin dan menggunakan alat-alat operasional sesuai SOP,” katanya.

Sementara itu, Sekkab Langkat dr Indra Salahuddin mengatakan bahwa dirinya belum pernah mendapat laporan dari Disnaker Langkat tentang perusahaan macis tersebut. “Sejauh ini tidak ada yang melaporkan kalau ada perusahaan (macis, Red) di sini,” jelasnya.

Kepala Puskesmas Pembantu (Pustu) Arlina Prihesti mengetahui ada kegiatan dalam rumah berukuran 6 x 10 meter itu. “Sebulan sekali kita melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap para pekerja di sana,” katanya. Sebab, pustu tersebut menjadi mitra konseling kesehatan bagi para pekerja.

Dia membenarkan bahwa pintu depan rumah selalu dikunci. Satu-satunya akses hanya dari pintu belakang. Saat berkunjung untuk memeriksa kesehatan pekerja, tim pustu harus meminta izin terlebih dahulu kepada penjaga rumah. “Jadi, saat akan masuk, kita harus mengetuk pintu rumah dulu. Lalu, orang yang di dalam akan menelepon pemilik rumah untuk membukakan pintu,” terangnya.

Kerahkan Tim Pengawas

Insiden tersebut mendapat perhatian Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri. Dia langsung menginstruksikan tim pengawas ketenagakerjaan untuk mengusut kasus kebakaran tersebut.

“Pengawas ketenagakerjaan daerah sudah di lapangan. Tim dari pusat segera menyusul. Insiden itu harus diusut serius,” kata Hanif kemarin.

Tim pengawas akan berkolaborasi dengan pihak kepolisian untuk fokus menangani korban lebih dulu. Selanjutnya, pihaknya melakukan pemeriksaan terkait dengan ketenagakerjaan. Menyelidiki ada atau tidaknya pelanggaran norma K3 (kesehatan dan keselamatan kerja).

Sumber:Jawapos.com