Studi terbaru menunjukkan rutin makan ikan dapat menjaga kesehatan otak. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Neurology ini menyelidiki hubungan konsumsi ikan dan kerusakan otak pada orang dewasa.
Hasil studi mengungkapkan makan ikan dua kali atau lebih per minggu dikaitkan dengan tingkat kelainan otak dan kerusakan pembuluh darah otak yang lebih rendah.
“Hasil penelitian kami sangat menarik karena makan dua atau lebih porsi ikan setiap minggu dikaitkan dengan lebih sedikit lesi otak dan penanda lain kerusakan pembuluh darah otak,” kata peneliti senior studi tersebut, Cecilia Samieri dari University of Bordeaux, Perancis, dikutip dari Medical News Today.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data yang dikumpulkan pada Maret 1999 hingga Maret 2001. Analisis ini melibatkan 1.623 orang dengan usia rata-rata 72,3 tahun dan berdomisili di Dijon, Prancis. Individu dikeluarkan dari penelitian jika mereka memiliki diagnosis demensia, riwayat stroke, atau rawat inap untuk penyakit kardiovaskular.
Peneliti menemukan hubungan antara frekuensi asupan ikan yang lebih tinggi dengan tingkat penanda penyakit serebrovaskular seperti stroke yang lebih rendah.
Orang yang mengonsumsi ikan dua kali atau lebih per minggu memiliki tingkat gabungan penanda penyakit serebrovaskular yang lebih rendah daripada mereka yang lebih jarang mengonsumsi ikan.
Peneliti juga menemukan kekuatan hubungan antara tingkat penanda penyakit serebrovaskular dan frekuensi asupan ikan dipengaruhi oleh usia.
Penyakit serebrovaskular atau penyakit otak vaskular adalah penyakit yang mengacu pada beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah dan sirkulasi darah di otak, seperti stroke dan malformasivaskular. Data global menunjukkan penyakit serebrovaskular adalah penyebab kematian kedua di dunia.
Selain menyebabkan kecacatan fisik, penyakit serebrovaskular dapat mengakibatkan gangguan kognitif dan demensia. Modifikasi gaya hidup sehat, termasuk melakukan perubahan pola makan, meningkatkan tingkat aktivitas fisik, dan berhenti merokok, dapat mengurangi risiko penyakit serebrovaskular.