JAKARTA – Metode pengobatan yang menggunakan stem cell atau sel punca ini memang sudah dikenal sejak beberapa waktu lalu. Manfaatnya yang mampu mengobati berbagai penyakit, terutama yang sering disebut dengan ‘no option treatment’.
Dengan dampak yang luar biasa ini, bagi para pasien yang ingin menjalaninya harus siap untuk merogoh kocek yang cukup dalam. Disampaikan oleh Kepala Unit Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca, Prof Dr dr Ismail Hadisoebroto Dilego, SpOT(K) biayanya tergantung dengan jenis dan tingkat keparahan dari penyakit tersebut.
“Ya ini sih tergantung dari macam penyakit, tingkat keparahan, dan jumlah stem cell yang dibutuhkan oleh pasien itu sendiri. Masing-masing penyakit itu beda jumlah sel yang dibutuhkan kan,” ujarnya saat ditemui di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Salemba, Kemarin (17/12/2019).
Untuk memperkirakannya, dr Ismail mencontohkannya untuk menangani kasus pengapuran sendi lutut. Pada penyakit ini, kira-kira dibutuhkan sampai 10 juta sel punca, agar pasien tersebut bisa pulih kembali.
“Misal per unit cost-nya Rp 2,2 ya dikali dengan jumlah sel yang dibutuhkan yaitu 10 juta. Ya kira-kira sekitar 22 juta rupiah lah ya. Tapi, kalau keadaannya lebih parah juga bisa menambah atau mengurangkan jumlah sel yang diperlukan, jadi bisa kurang dari segitu,” jelas dr Ismail.
Namun, dalam pembiayaan pengobatan ini dr Ismail mengatakan hanya bisa ditanggung dengan biaya pribadi. Pihak asuransi swasta apalagi BPJS belum bisa membantu untuk meng-covernya.
Ia berharap, dengan rampungnya izin edar obat dan izin pelayanan medis dari sel punca ini di awal tahun 2020 mendatang, minimal mulai bisa di-cover oleh beberapa asuransi swasta.
“Kalau mau nunggu BPJS, ya pasti lama karena prosedur pemeriksaan dari pihak sana (BPJS) akan lebih mendalam lagi,” imbuhnya.
Editor: PARNA
Sumber: detikhealth