Ilustrasi bom. Foto: Gorodenkoff/Shutterstock
Amerika Serikat (AS) menghentikan pengiriman bom ke Israel sejak pekan lalu. Keputusan itu diambil lantaran AS khawatir atas rencana Israel menginvasi Rafah.
“Kami menghentikan satu pengiriman senjata pada pekan lalu,” kata pejabat senior itu seperti dikutip dari AFP.
“Itu terdiri dari 907 kg bom dan 226 kg bom,” sambung dia.
Menurut dia, AS cemas bom itu akan dipakai untuk menyerang wilayah padat penduduk. Rafah, yang ditargetkan Israel, menampung kurang lebih satu juta pengungsi di Gaza.
Secara historis, AS adalah pendonor senjata terbesar bagi Israel. Akan tetapi pada April 2024, Biden memutuskan meninjau kembali bantuan persenjataan ke Israel.
Itu disebabkan rencana Israel menyerang Rafah yang perlahan sudah dilakukan pada pekan ini. Gedung Putih sejak awal menolak rencana Israel menyerang Rafah karena tak memiliki rencana detail bagaimana melindungi warga sipil di sana.
Pada pekan ini, Israel meminta warga Gaza yang mengungsi di Rafah untuk angkat kaki. Zionis kemudian menyerang Rafah lewat udara dan tank.
Saat ini, perbatasan Rafah, yang dipakai sebagai pintu masuk bantuan, sudah dikuasai Israel.
Tentara Israel menyebut operasi di Rafah pada pekan ini sebagai serangan yang ditargetkan.
Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby telah mengetahui serangan Israel di Rafah itu. Kirby menyebut, serangan itu dilakukan dalam skala dan durasi terbatas.
“AS akan terus memantau pertempuran itu,” ucap Kirby.
Editor: PARNA
Sumber: kumparan