Foto ilustrasi beasiswa (Getty Images/iStockphoto/Liliboas)

Kemenko PMK buka suara terkait heboh sejumlah mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIPK) disebut bergaya hedonistik. Kemenko PMK mengatakan mahasiswa hedonis tersebut telah mengundurkan diri dari program KIPK.

“Mengenai ramainya unggahan media sosial terkait dugaan salah sasaran ini juga harus disikapi dengan bijak, bahwa evaluasi yang dilakukan juga harus menyeluruh. Pihak kampus sudah melakukan evaluasi dan yang bersangkutan mengundurkan diri dari program tersebut,” kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Warsito kepada wartawan, Minggu (5/5/2024).

Warsito mengatakan program KIPK telah dirancang secara detail untuk disalurkan kepada pihak yang memang layak menerima beasiswa. Namun, pihaknya juga tidak menutup diri adanya salah sasaran penyaluran beasiswa merujuk ke kasus penerima KIPK tapi bergaya hedonistik tersebut.

“Kita harus mengakui bahwa masih ada masalah dan saya meyakini kejadian ini menjadi bagian penting bagi pemerintah dan perguruan tinggi untuk bersama-sama memperbaiki semua prosedur monev KIP Kuliah. Tentunya persoalan yang viral ini juga menjadi catatan pemerintah untuk melakukan perbaikan khususnya yang terkait dengan pengetatan penentuan kelompok sasaran,” jelas Warsito.

Dia menjelaskan para penerima KIPK sebelumnya telah terjaring melalui seleksi yang ketat. Namun ada sejumlah kasus di mana para penerima kemudian bisa naik taraf ekonominya. Warsito mengatakan para penerima beasiswa KIPK yang secara ekonomi telah membaik seharusnya berinisiatif untuk mengundurkan diri.

“Yang juga penting menjadi perhatian kita adalah terkadang mereka yg mendapat KIP Kuliah pada awalnya layak dan sesuai persyaratan, namun dalam perkembangannya yang bersangkutan atau keluarga telah membaik ekonominya. Idealnya, saat kondisi ekonomi si penerima sudah membaik, maka dengan sukarela memproses pengunduran dari program KIP Kuliah. Sehingga tidak menimbulkan kontroversi seakan-akan KIP Kuliah tidak tepat sasaran,” papar Warsito.

Lebih lanjut Warsito mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi terkait pendataan penerima KIPK. Pihaknya juga akan melibatkan masyarakat dalam pengawasan para penerima beasiswa KIPK tersebut.

“Dengan kejadian ini, pemerintah tentu akan mengevaluasi sistem monev yang terpadu berbasis NIK dan NPWP misalnya dan dilengkapi dengan mekanisme monev yang melibatkan laporan masyarakat serta media social,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, penerima KIPK disebut-sebut bergaya hedonistik ramai diperbincangkan di media sosial. Salah satunya yang terdeteksi adalah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Kemarin ada yang upload ke medsos yang mengatakan ini kok dapat KIPK kok hidupnya hedon,” kata Sekretaris UGM Andi Sandi, saat dihubungi wartawan, dilansir detikJogja, Jumat (3/5/2024).

Sandi mengatakan salah satu yang ditelusuri adalah adanya laporan mahasiswa penerima KIPK yang memiliki mobil dan bisa gonta-ganti ponsel.

“Nah laporan terakhir yang masuk itu jadi ada yang (punya) KIPK, tapi naik mobil, pakai handphone ini, ganti terus, nah itu yang sekarang ditelusuri,” ujarnya.

Editor: PARNA
Sumber: detik.com