Foto: Getty Images/sarayut Thaneerat

Banyak yang beranggapan bahwa hanya orang tua dan orang gaptek yang berpotensi menjadi korban penipuan online. Ternyata anak muda dan orang yang melek teknologi juga tidak sedikit yang menjadi korban.

Hasil survei terbaru Google menemukan kelompok usia 25-34 tahun adalah kelompok yang rentan terhadap penipuan online di sejumlah negara Asia Tenggara. Temuan itu juga diamini oleh psikolog klinis asal Singapura Annabelle Chow.

Dalam media briefing virtual bersama Google, Chow mengatakan anak muda dan kalangan profesional yang berpendidikan termasuk lebih rentan terhadap percobaan penipuan online karena beberapa faktor psikologis.

Menurut Chow, orang yang banyak tahu tentang hal spesifik dan niche justru mudah dimanipulasi oleh penipu online. Ia mencontohkan bagaimana dulu pernah ditipu website scam saat mencari minuman beralkohol idaman karena tergoda diskon.

“Website itu terlihat sangat bisa dipercaya, tapi itu ternyata adalah website scam. Jadi sebenarnya saya kena tipu dan akhirnya saya harus membatalkan kartu kredit saya dan lainnya,” kata Chow.

“Jadi saya punya pengetahuan tentang gin (minuman beralkohol) dan saya lebih rawan, lebih mudah memanipulasi saya di situasi seperti itu,” sambungnya.

Kondisi fisik dan mental serta lingkungan sekitar juga menjadi faktor yang membuat seseorang lebih rentan terhadap penipuan. Orang yang sedang stres dan banyak pikiran kemungkinan tidak akan fokus saat menerima panggilan telepon yang ternyata scam, dan tanpa disadari sudah menyerahkan informasi sensitif hingga uang ke penipu.

Penipu juga biasanya sering mendesak calon korbannya untuk bertindak dengan cepat tanpa berpikir panjang. Misalnya dengan mengatakan diskon sebentar lagi akan berakhir, kuota tiket konser sudah menipis, atau mengancam rekening bank korban akan diblokir jika tidak memberikan password mobile banking.

Karena itu, Chow menyarankan semua pengguna internet untuk selalu hati-hati dan berpikir dua kali jika mendapatkan penawaran yang kurang masuk akal alias too good to be true agar tidak menjadi korban penipuan online.

Jika menemukan ponsel idaman dengan harga yang jauh lebih murah daripada harga di toko resmi, perhatikan lagi website dan toko online penjualnya apakah terlihat mencurigakan atau tidak. Jika menemukan aplikasi sederhana seperti pembaca dokumen yang meminta akses sensitif seperti lokasi, mikrofon, dan kontak, sebaiknya dihindari.

“Jadi jangan terlalu cepat mengabaikan peringatan keamanan yang diterapkan platform teknologi, karena pada dasarnya ini dirancang untuk memberikan lapisan perlindungan tambahan sehingga kita bisa pelan-pelan dan berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan,” jelas Chow.

Editor: PARNA

Sumber: cnnindonesia