Jendela pesawat Boeing 737 MAX 9 lepas dan menimbulkan ledakan (NTSB/Handout via Reuters

Salah satu maskapai AS, United Airlines, mengklaim rugi begitu besar terkait meledaknya jendela pesawat Boeing 737 MAX 9. Penyebabnya adalah pengandangan pesawat.

United Airlines mengatakan ledakan pesawat Boeing merugikannya sebesar USD 200 juta (Rp 3,2 triliun). Mengutip BBC, Jumat (19/4/2024), mereka menyalahkan pabrikan atas menurunnya pendapatan dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Maskapai ini terpaksa mengandangkan armada Boeing 737 MAX 9 selama tiga minggu. Itu setelah terjadi ledakan kabin di udara pada penerbangan Alaska Airlines di bulan Januari.

United mengatakan bahwa hal itu mendorongnya ke kerugian sebelum pajak sebesar USD 164 juta untuk kuartal pertama. Maskapai ini mengatakan bahwa jika tidak, mereka “akan melaporkan laba kuartalan”.

Namun, kerugian tersebut lebih kecil dari yang diperkirakan Wall Street dan saham United naik lebih dari 5% setelah pengumuman tersebut.

Pemilik Boeing 737 MAX 9 terbanyak

United memiliki 79 Boeing 737 MAX 9 dalam armadanya, lebih banyak dari para pesaingnya, dan kedua setelah Alaska Airlines.

United dan Alaska terpaksa membatalkan ribuan penerbangan saat inspeksi dilakukan pada bulan Januari sebelum regulator penerbangan AS mengizinkan pesawat-pesawat tersebut untuk kembali terbang.

Awal bulan ini, Boeing membayar USD 160 juta kepada Alaska untuk mengganti kerugian yang diderita maskapai ini. United mengatakan kepada para investor bahwa operasinya juga terdampak oleh penundaan pengiriman pesawat Boeing.

“Kami telah menyesuaikan rencana armada kami agar lebih mencerminkan realitas dari apa yang dapat diberikan oleh produsen,” kata kepala eksekutif United, Scott Kirby, dalam sebuah pernyataan.
Boeing baru-baru ini menghadapi tekanan baru setelah seorang pelapor melaporkan masalah keselamatan atas pembuatan beberapa pesawatnya kepada regulator AS.

Insinyur Sam Salehpour menuduh Boeing mengambil jalan pintas dalam pembuatan pesawat jet 787 dan 777. Ia mengatakan bahwa ia “diancam akan dipecat” setelah menyampaikan kekhawatirannya kepada para atasan.
Namun Boeing mengatakan bahwa tuduhan tersebut “tidak akurat” dan menambahkan bahwa mereka yakin pesawatnya aman. Salehpour akan menjadi saksi kunci dalam sidang dengar pendapat Senat AS pada tanggal 17 April.

Pada tanggal 5 Januari, sumbat pintu pada pesawat Alaska Airlines 737 MAX 9 terlepas tak lama setelah lepas landas, membuat para penumpang ketakutan, dan memaksa pendaratan darurat di bandara Portland, Oregon.
Insiden terbaru ini menimbulkan pertanyaan baru tentang keamanan pesawat Boeing. Perusahaan ini menghadapi pengawasan ketat setelah dua kecelakaan fatal pesawat jet penumpang 737 MAX 8 pada tahun 2018 dan 2019, yang menewaskan 346 orang.

Editor: PARNA

Sumber: cnnindonesia.com