Kabinet Perang Israel berdiskusi hingga tiga jam soal strategi balas dendam ke Iran. Foto: AFP/OHAD ZWIGENBERG

Kabinet Perang Israel yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sepakat melakukan pembalasan terhadap Iran atas serangan drone dan misil pada Minggu (14/4).

Meski demikian, kabinet itu disebut masih berdebat soal kapan dan skala respons balasan terhadap Iran.

Dilansir Times of Israel, kabinet perang Israel yang beranggotakan lima perang disebut belum mencapai keputusan mengenai serangan balasan ke Iran, usai lebih dari tiga jam berunding.

Hal ini terutama usai pemerintah Amerika Serikat mendesak Netanyahu untuk “berpikir dengan hati-hati dan strategis”.

Menurut beberapa laporan media Ibrani, menteri di Kabinet Perang Benny Gantz dan rekannya dari partai Persatuan Nasional Gadi Eisenkot, mengusulkan untuk menyerang balik ketika serangan Iran masih berlangsung.

Usulan ini ditentang keras oleh Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, Kepala IDF Herzi Halevi, dan lainnya, mengingat Angkatan Udara Israel saat itu tengah fokus menghalau rudal dan drone Iran.

Dalam pernyataan terpisah, Presiden AS Joe Biden menyatakan negaranya tidak akan ambil bagian dalam serangan balas dendam Israel ke Iran.

Berdasarkan Reuters, Senin (15/4), perang terbuka antara Israel dan Iran memang memicu respons dunia. Posisi AS sebagai negara besar ikut menjadi perhatian, sedangkan negara-negara Arab memilih untuk menghindari terjadi eskalasi lebih lanjut.

“Timur Tengah berada di ambang kehancuran. Masyarakat di kawasan ini sedang menghadapi bahaya nyata berupa konflik berskala penuh yang menghancurkan. Sekarang adalah waktunya untuk meredakan ketegangan dan meredakan ketegangan,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada Dewan Keamanan.

Editor: PARNA

Sumber: cnnindonesia.com