Ilustrasi warga Jepang naik sepeda. (Khadijah Nur Azizah/detikHealth)

Di tengah usia senja, kakek umur 89 tahun menempuh perjalanan panjang untuk menemui anaknya. Menariknya, 600 kilometer perjalanan dilalui dengan sepeda.

Melansir Sora News 24, Jumat (12/4/2024), adalah Mitsuo Tanigami, yakni penduduk Kobe, Jepang, yang gowes ratusan km untuk menemui anaknya. Ia berkunjung ke kediaman putranya, Naoya, dan putrinya, Sayuri, di kota yang berbeda.

Naoya tinggal jauh di Tokyo. Waktu tempuh tercepat ke Ibu Kota Jepang tersebut yakni dengan Shinkansen selama tiga jam. Namun, Mitsuo memilih mengayuh sepeda dengan waktu tempuh selama sembilan hari.

Mitsuo bepergian dengan sepeda yang memiliki bantuan listrik. Menariknya, ia melalui jalan yang jauh tersebut tanpa menggunakan GPS, Google Maps, atau petunjuk jalan digital lainnya. Sebagai gantinya, ia bermodalkan peta kertas dengan skala 1.200.000. Ia menandai rutenya dengan pensil.

Ketika tersesat, Mitsuo akan meminta petunjuk arah dari petugas parkir atau penduduk setempat. Mereka yang ditanyai akan mengarahkan Mitsuo ke tempat-tempat penting agar kembali ke jalur yang benar.

Ia memulai perjalanannya pagi hari pada 17 Maret. Ia berhasil mencapai Kota Takatsuki di Prefektur Osaka pada hari pertamanya.

Dari sana, ia terus mengayuh sepedanya menuju Tokyo, melewati berbagai tempat seperti Danau Biwa dan Gunung Fuji. Sepanjang perjalanan, dia bermalam di hotel atau penginapan di sepanjang rutenya. Kendati demikian, itu bukan berarti perjalanannya mudah.

Mitsuo menemui hujan lebat dan angin kencang di berbagai wilayah yang ia lewati. Bahkan, ia memperkirakan telah jatuh dari sepedanya sekitar 20 kali sebelum tiba di Tokyo.

Meski begitu, ia terus membuat kemajuan. Pada hari ketiga, ia sampai di kota Fuso di Prefektur Aichi, tempat Sayuri tinggal. Dia menghabiskan dua hari bersamanya di rumahnya, dan juga berhenti sejenak untuk beristirahat selama satu hari penuh di tempat lain dalam perjalanan ke Tokyo.

Mitsuo mengayuh sepeda melalui jalur pegunungan yang curam di Hakone. Akhirnya, pada 25 Maret, ia berhasil mencapai Tokyo. Meskipun ia berjalan dengan hanya peta kertas, Mitsuo tetap membawa handphone agar sang anak dapat memantau perjalanannya.

“Ini adalah pengalaman yang sulit, tetapi saya senang bisa membuat anak saya bahagia,” kata dia di akhir perjalanan.

Selama tinggal bersama Naoya, ayah dan anak itu mengunjungi situs-situs lokal dan, ya, mereka bersepeda bersama-sama. Namun, ketika pulang Mitsuo tak kembali dengan sepeda.

Editor: PARNA

Sumber: detikcom