Ilustrasi. Komplotan penipuan online yang terlibat pencucian uang di Hongkong dibekuk. (iStockphoto/LukaTDB)

Kepolisian Hong Kong menangkap 1.121 orang penipu online dan telepon selama tiga pekan. Aksi mereka sudah memicu kerugian total 2,2 miliar dollar Hong Kong atau sekitar Rp4,5 triliun.

Pada Jumat (12/4), kepolisian Hong Kong mengatakan para tersangka terdiri dari 768 pria dan 353 wanita, berusia 14 hingga 89 tahun. Mereka terkait dengan 952 kasus penipuan dan kejahatan berbasis teknologi, terutama penipuan pekerjaan, belanja online, dan investasi.

Para tersangka ditangkap pada periode 21 Maret hingga 11 April dalam operasi yang diberi nama “AttackPlan.” Mereka dijerat dalam kasus pencucian uang, penipuan, dan kepemilikan properti dengan cara menipu.

Penjabat senior kepolisian Chow Cheung-yau mengatakan petugas setempat telah bertukar informasi dengan Pusat Anti-Penipuan Nasional China daratan sebagai bagian dari penyelidikan mereka.

Operasi itu juga menangkap sindikat lintas negara yang diyakini telah mencuci uang hasil kejahatan yang dicurigai sebesar lebih dari 230 juta dollar Hong Kong atau sekitar Rp473,9 miliar pada Maret.

Chow mengatakan para tersangka yang ditangkap termasuk delapan pria dari China daratan dan seorang wanita lokal yang dicurigai bekerja untuk sindikat tersebut.

“Mereka merekrut orang-orang dari China untuk datang ke Hong Kong, melalui berbagai pos pemeriksaan dan menyediakan akomodasi bagi mereka,” katanya, dikutip dari South China Morning Post (SCMP).

“Mereka kemudian diinstruksikan untuk pergi ke berbagai bank di kota untuk membuat rekening yang digunakan untuk mengumpulkan uang hasil penipuan dan mencuci uang hasil kejahatan,” tambahnya.

Chow menyebut para pemegang rekening ini kemudian menarik dana dan menggunakan uang tersebut untuk membeli mata uang kripto di gerai-gerai lokal yang dijual bebas untuk menyembunyikan aliran uang hasil penipuan.

“Investigasi mengungkapkan bahwa sindikat tersebut menggunakan setidaknya 45 rekening untuk mengumpulkan dan mencuci 239 juta dollar Hong Kong antara Oktober lalu dan Februari tahun ini,” katanya.

Editor: PARNA

Sumber: cnnindonesia.com