Ilustrasi/Foto: AP Photo/Dmitri Lovetsky

Perusahaan asing di Rusia sejak invasi 2022 ke Ukraina ditaksir telah merugi lebih dari US$ 107 miliar atau senilai Rp 1.699 triliun (kurs Rp15.880). Volume kerugian tersebut meningkat sepertiga sejak Agustus 2023. Demikian dikutip dari Reuters, dikutip Sabtu (30/3/24).

Hal tersebut menggarisbawahi besarnya pukulan finansial ke dunia usaha akibat invasi Rusia. Selain itu, disorot juga bahwa hilangnya tenaga ahli Barat secara tiba-tiba dari ekonomi Rusia.

“Ketika invasi Rusia berlanjut di tengah goyahnya bantuan militer Barat dan perincian rezim sanksi Barat meningkat, perusahaan yang masih bertujuan untuk keluar dari Rusia kemungkinan akan menghadapi kesulitan lebih lanjut dan harus menerima writedown dan kerugian lebih besar,” ungkap Ian Massey, Kepala Corporate Intelligence EMEA di konsultan risiko global S-RM kepada Reuters.

Di sisi lain, Presiden Vladimir Putin baru saja terpilih kembali dalam kemenangan telak. Peristiwa itu dikutuk di Barat dan dianggap sebagai perilaku yang tidak adil dan tidak demokratis.

Setelah kemenangan tersebut, Putin memiliki mandat baru untuk mengejar isolasi lebih lanjut dari Barat. Isolasi ini dianggap termasuk melalui perampasan aset tambahan dan tekanan politik.

Sekitar 1.000 perusahaan telah keluar dari Rusia, salah satunya perusahaan pembuat batu bata Austria, Wienerberger (WBSV.VI). Mereka menjual pabrik-pabriknya di Rusia dan keluar dari pasar. Akan tetapi, ratusan perusahaan termasuk pengecer Perancis, Auchan and Benetton, masih beroperasi atau menunda bisnis di Rusia. Hal ini diungkapkan oleh analis dari Yale School of Management.

Pembalasan Rusia
Sekitar US$ 300 miliar (Rp 4.764 triliun) dibekukan dari cadangan emas dan devisa Bank Rusia oleh negara-negara Barat. Hal ini dilakukan setelah invasi Rusia.

Jerman telah menasionalisasi Gazprom (GAZP.MM), pabrik Germania, dan mengganti namanya menjadi Sefe. Jerman menempatkan Rosneft’s (ROSN.MM), kilang Schwedt, di bawah perwalian Jerman.

Rusia berjanji untuk membalas proposal Uni Eropa dalam mendistribusikan kembali miliaran Euro dalam bunga yang bersumber dari asetnya yang dibekukan. Rusia memperingatkan konsekuensi bencana dan mengatakan bahwa setiap upaya dalam mengambil modal atau bunganya adalah kejahatan. Bank-bank Barat juga khawatir akan perselisihan hukum yang mungkin timbul akibat penyitaan.

“Tidak ada aset Barat di Rusia yang dapat dianggap aman atau dibatasi selama Kremlin terus berperang,” kata Massey.

Editor: PARNA
Sumber: detik.com