Amerika Serikat (AS) merupakan negara demokrasi terbesar kedua di dunia setelah India. Namun, AS hanya memiliki sistem dua partai dan berbeda dengan India yang memiliki 6 partai nasional dan 57 partai lokal pada 2023. Kenapa ya?

Dua partai politik di AS yang dimaksud adalah Partai Demokrat dan Republik. Dua partai politik tersebut telah lama mendominasi politik di Amerika Serikat yakni sejak pertengahan tahun 1800-an.

Sistem dua partai ini juga sangat jauh dibandingkan dengan jumlah yang ada di Indonesia. Pada Pemilu 2024, Indonesia memiliki 18 partai nasional dan 6 partai politik lokal Aceh.

Sejarah Munculnya Sistem Dua Partai di AS

Selama masa kepresidenan Washington, elit politik terbagi menjadi dua kubu yang berlawanan yakni Federalis yang dipimpin oleh Hamilton dan Anti-Federalis (atau Demokrat-Republik) yang dipimpin oleh Thomas Jefferson.

Kedua faksi ini berdebat sengit mengenai seberapa kuat seharusnya pemerintahan federal yang baru dibandingkan dengan negara bagian, serta apakah Amerika Serikat harus bersekutu dengan Inggris atau Prancis.

“Saya pikir harapan dan harapannya adalah Anda dapat merancang pemerintahan dengan cara yang cerdik, dengan pemisahan kekuasaan dan lain-lain, untuk menghasilkan kebijakan demi kebaikan bersama,” kata Sam Rosenfeld, profesor ilmu politik di Colgate University, dikutip dari laman History.

“Itu mengandaikan bahwa ada kebijakan yang disetujui semua orang sebagai yang terbaik. Tetapi kenyataannya, orang-orang tidak setuju,” imbuhnya.

Pada Pemilu tahun 1800, Jefferson mengalahkan John Adams dan ini menandai awal dari berakhirnya Federalisme.

Lalu pada Pemilu tahun 1824, John Adams yang memenangkan kursi kepresidenan meskipun menerima suara lebih sedikit dalam pemilu dibandingkan Andrew Jackson.

Kala itu, pendukung Jackson (dipimpin oleh Martin Van Buren) membentuk koalisi baru berdasarkan cita-cita Jefferson yang menjadi Partai Demokrat.

Pada tahun 1828 dan 1832, partai tersebut berhasil mendukung Jackson dalam pemilu yang mempertimbangkan banyak aspek, termasuk kampanye dan konvensi pencalonan, yang kemudian menjadi ciri politik partai modern.

Sementara itu, Partai Republik baru yang anti-perbudakan muncul untuk bentrok dengan Demokrat. Meskipun keberpihakan dan posisi mereka telah berubah secara signifikan selama bertahun-tahun, kedua partai tersebut tetap dominan di Amerika Serikat sejak saat itu.

Simbol Gajah dan Keledai untuk Partai di AS

Partai Republik diwakili oleh simbol gajah dan Partai Demokrat diwakili oleh keledai. Kedua hewan tersebut telah lama hadir di panggung kontestasi politik AS sejak abad ke-19

Melansir laman CNN Style, ilustrasi hewan untuk partai politik di AS tersebut dipopulerkan oleh seorang kartunis yang juga mengenalkan Sinterklas.

Gambar gajah ditampilkan sebagai simbol Partai Republik setidaknya dalam satu kartun politik dan ilustrasi surat kabar selama Perang Saudara di AS. Saat itu, “melihat gajah” adalah ungkapan yang digunakan oleh tentara untuk berarti mengalami pertempuran.

Namun, binatang berkulit tebal itu tidak mulai digunakan sebagai simbol Partai Republik sampai Thomas Nast, yang dianggap sebagai bapak kartun politik modern, menggunakannya dalam kartun di majalah Harper’s Weekly tahun 1874.

Sementara itu, asal usul keledai untuk Partai Demokrat dapat ditelusuri ke kampanye presiden Andrew Jackson pada 1828. Selama kampanye, Jackson dipanggil dengan sebutan ‘jackass’ yang berarti keledai jantan atau idiom untuk menyebut ‘orang bodoh’.

Alih-alih menolak label tersebut, Jackson malah terhibur dengan label tersebut dan menyertakan gambar hewan tersebut dalam poster kampanyenya. Jackson kemudian mengalahkan petahana John Quincy Adams.

Ia pun tercatat sebagai Presiden AS pertama dari Partai Demokrat. Pada 1870-an, kartunis politik berpengaruh Thomas Nast membantu mempopulerkan keledai sebagai simbol seluruh Partai Demokrat.

Editor: PARNA

Sumber: detikcom