Puluhan pengungsi asal Afganistan di Batam, Kepulauan Riau kembali menggelar aksi unjuk rasa, guna menuntut pemindahan para pengungsi ke negara ketiga yakni Australia, Amerika, Canada, dan New Zealand.
Kali ini, para pengungsi menggelar aksi tepat di depan akses masuk Perumahan Royal Grande, salah satu perumahan mewah di bilangan Batam Center, Kamis (6/1/2022).
Pantauan di lokasi, para pengungsi yang menggunakan rompi bewarna biru, sempat bersitegang dengan petugas keamanan perumahan, bahkan beberapa anggota massa aksi sempat menutup akses masuk ke kawasan perumahan.
Namun aksi yang berlangsung hingga siang hari ini, akhirnya berakhir dengan damai, walau di lokasi tidak terlihat petugas kepolisian berseragam yang berjaga di lokasi.
“Kami kemari karena kami tahu di dalam perumahan mewah ini, ada kantor perwakilan International Organization for Migration (IOM). Kami ingin bertemu dengan mereka,” jelas Ali Akbar salah satu perwakilan massa aksi saat ditemui di lokasi.
Hingga saat ini, walau sudah melakukan aksi unjuk rasa hingga berkali-kali, namun baik pihak IOM dan UNHCR di Kepulauan Riau, juga tidak kunjung mau untuk menemui para pengungsi.
Hal ini akhirnya membuat pihak pengungsi seakan disandera, oleh organisasi-organisasi Internasional yang ada di Indonesia.
“Karena awal janji mereka sangat manis dalam menyelamatkan kami dari negara kami yang tengah berperang. Namun tiba disini, kami malah merasa seperti disandera oleh mereka,” tegasnya.
Tidak hanya itu, salah satu alasan lain terjadinya aksi kali ini, dikarenakan dua saudara mereka yang baru saja meninggal, saat di pengungsian yang berada di Makassar.
Menurut Ali, kedua saudara mereka tersebut sejak awal sudah mengalami depresi, hingga akhirnya memilih untuk bertindak nekat.
“Dua saudara kami di Makassar telah meninggal kemarin. Ini menjadi titik balik bagi kami di Batam, agar melakukan aksi dan ingin bertemu dengan perwakilan IOM,” ujarnya.
Editor: WIL