Terjadinya kasus antraks di Gunungkidul bukan kali ini saja. Sebab, tahun lalu kasus hewan ternak terpapar antraks juga terjadi, yaitu di Desa Grogol, Kecamatan Ponjong. Kasus tersebut sempat mencuat ke permukaan dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengklaim telah berhasil mengatasinya dan melokalisirnya.
Asisten Biro Perekonomian dan Pembangunan Setda Gunungkidul, Asman Latif, mengatakan kasus antraks juga terjadi di Grogol namun bisa diatasi dengan baik oleh pemerintah. Namun, akhir tahun 2019 lalu, Gunungkidul kembali dihebohkan dengan kasus yang sama, yaitu di Padukuhan Ngrejek Wetan dan Kulon Desa Gombang Kecamatan Ponjong. Pemkab Gunungkidul berusaha melakukan langkah dengan melokalisirnya.
Asman mengakui puluhan hewan ternak juga dilaporkan mati mendadak namun yang hasilnya positif antraks hanya di Ngrejek Wetan, hasil laboratoriumnya telah keluar dan negatif antraks. Untuk itu, pihaknya telah mengundang kepala desa se-Gunungkidul mengantisipasi supaya kejadian ini tidak semakin heboh.
“Kami perintahkan jika ada kematian sapi mendadak segera dilaporkan,” ujarnya, Kamis (16/1/2020).
Laporan tersebut sebagai upaya agar masyarakat tidak menjual apalagi mengkonsumsi bangkai sapi atau kambingnya. Karena sebenarnya jika kambing atau sapi yang mati mendadak dikubur maka selesai dan tidak terjadi kasus antraks di wilayah Gunungkidul untuk yang kedua kalinya.
Kasus yang terjadi di Padukuhan Ngrejek Wetan juga karena masyarakat banyak yang terpapar, hampir semua warganya mengonsumsi daging sapi yang mati mendadak dari salah seorang warga. Saat itu ketika ada sapi yang mati mendadak oleh pemiliknya langsung disembelih atau dibrandu, dagingnya diberikan secara cuma-cuma kepada warga Ngrejek Wetan.
“Nah untuk yang Ngrejek Kulon hanya siapa saja yang membutuhkan,”ujarnya.
Parahnya ada sebagian daging sapi tersebut digunakan untuk hajatan salah seorang warganya. Sehingga jumlah warga yang terpapar antraks cukup banyak; mencapai 540 orang. Namun yang positif mereka terkena penyakit antraks hanya 27 orang. Dan sapi yang positif antraks juga hanya dua ekor saja dari puluhan yang ditemukan mati mendadak.
Kepala Seksi Kesehatan Hewan dan Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Retno Widiastuti menuturkan penyebab penyakit antraks adalah bakteri. Di mana spora-spora bakteri tersebut ada di dalam tubuh sapi atau hewan ternak lainnya yang terpapar. Jika masih di dalam tubuh hewan maka spora bakteri antraks tersebut sifatnya jinak.
“Spora ini bertambah ganas ketika sapi tersebut disembelih dan spora ini bersinggungan langsung dengan udara bebas,”terangnya.
Oleh karena itu pihaknya memang melarang hewan-hewan ternak yang sakit atau pun mati mendadak tersebut disembelih. Karena suaranya akan langsung menyebar dan bisa jadi menular ke manusia. Jika langsung dikubur maka spora tersebut masih ada di dalam tubuh sapi yang mati mendadak tersebut hingga lama-kelamaan orang tersebut juga mati.
Editor: PARNA
Sumber: kumparan