Beragam penyakit kulit bisa timbul dan terjadi karena berbagai faktor. Bisa karena bakteri, atau bahkan alergi yang disebabkan oleh zat atau cairan tertentu. Salah satunya adalah vitiligo, penyakit kulit yang menyebabkan terbentuknya bercak putih pada kulit.

Penyakit ini diidap oleh Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional periode 2019-2024, Bambang Brodjonegoro, yang memiliki bercak putih di beberapa bagian tubuhnya.

Saat dikonfirmasi oleh kumparan melalui pesan singkat, ia membenarkan bahwa dirinya memang mengidap vitiligo. Dalam beberapa kesempatan, vitiligo pada tubuh Bambang terlihat ada di bagian tangan, dagu, hingga pelipis matanya. Terlepas dari itu semua, yang jadi pertanyaan adalah apakah vitiligo berbahaya bagi manusia? Dan bagaimana vitiligo memengaruhi tubuh seseorang? Berikut penjelasan lengkapnya.

Mengenal vitiligo

Dilansir MedicalNewsToday, vitiligo adalah penyakit yang membuat kulit kehilangan warnanya hingga meninggalkan bercak putih pada kulit yang terpapar. Vitiligo akan mudah dikenali pada orang yang memiliki warna kulit lebih gelap. Sebab, perbedaan warna kulit yang terpapar dan tidak akan terlihat kontras.

Pada dasarnya, semua orang berpotensi terkena penyakit ini, kendati setiap individu mendapatkan tingkat keparahan yang berbeda.

Vitiligo biasanya menyerang beberapa bagian tubuh, mulai dari lengan, kaki, dada, hingga area mata, mulut, dan rambut. Dalam kebanyakan kasus, perubahan warna akibat vitiligo bersifat permanen. Kulit yang terpapar vitiligo juga sangat rentan terhadap cahaya. Ini berarti mereka sangat sensitif terhadap sinar matahari.

Penyebaran vitiligo pada tubuh biasanya sulit untuk diprediksi. Penyebaran bisa berlangsung selama berminggu-minggu, atau berhenti selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

Penyebab vitiligo

Vitiligo bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang melanosit atau sel penghasil melanin yang menentukan warna kulit dan melindungi kulit dari efek buruk sinar matahari. Vitiligo juga bisa disebabkan oleh kelainan genetik, mengalami kerusakan kulit karena terbakar matahari atau luka bakar, zat kimia tertentu, keturunan, dan virus.

Penyakit ini bisa menyasar semua orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun, penelitian menunjukkan bahwa vitiligo cenderung muncul saat seseorang berusia 20 tahun. Vitiligo tidak menular, kendati jika dibiarkan bisa menyebabkan komplikasi yang lebih parah, di mana penderitanya bisa kehilangan pendengaran.

Gejala

Salah satu gejala vitiligo yang mudah dikenali adalah munculnya bintik-bintik atau bercak putih pada kulit. Biasanya bercak putih pertama kali muncul pada kulit yang sering terpapar sinar matahari.

Mula-mula kulit yang terpapar akan terlihat lebih pucat ketimbang kulit lainnya. Seiring berjalannya waktu, warna kulit semakin pucat dan berubah warna menjadi putih. Bentuknya tidak beraturan, terkadang bagian ujung kulit yang terkena vitiligo sedikit mengalami radang dengan warna agak kemerahan, kadang-kadang juga terasa gatal.

Efek vitiligo berbeda-beda untuk setiap orang. Beberapa orang mungkin hanya memiliki sedikit bercak putih yang tidak menyebar lebih jauh. Sementara yang lainnya memiliki bercak putih yang lebih parah dengan memengaruhi area kulit yang lebih luas.

Pengobatan vitiligo

Menurut American Academy of Dermatology (AAD), vitiligo bukan sekadar masalah kecantikan belaka. Lebih dari itu, kelainan ini adalah masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian medis. Ada beberapa yang bisa ditawarkan untuk mengobati vitiligo, yang paling umum adalah menggunakan tabir surya. Tabir surya digunakan karena bercak kulit vitiligo akan lebih sensitif ketika terkena sinar matahari, di mana mereka bisa terbakar dengan mudah.

Vitiligo juga bisa diatasi dengan cara melakukan fototerapi (terapi cahaya) sinar UVB, fototerapi sinar UVA, kamuflase kulit atau menggunakan krim kosmetik, terapi depigmentasi menggunakan losion monobenzon, mequinol, dan hidrokuinon, serta yang terakhir bisa menggunakan salep kortikosteroid, salep Calcipotriene, obat yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, hingga cangkok kulit.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan