Pojok Batam – Aksi unjuk rasa penolakan hasil pemilihan presiden yang dilakukan oleh massa yang menamakan ‘Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat’ cukup merepotkan aparat keamanan sepanjang Rabu (22/5). Stabilitas politik yang terganggu akibat aksi unjuk rasa di sejumlah tempat berpengaruh di lantai bursa.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan berada di teritori negatif sepanjang hari ini, dan ditutup turun tipis 19,24 poin atau 0,19 persen ke 5.939,63. Sementara Indeks LQ45 turun 3,40 poin atau 0,4 persen menjadi 921, indeks Jakarta Islamic Index (JII) turun 3,53 poin atau 0,6 persen ke 621, dan indeks IDX30 turun 1,87 poin atau 0,4 persen ke 508.
Sepanjang perdagangan hari ini, 193 saham menguat, 193 saham melemah, dan 149 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp 6,8 triliun dari 16,3 miliar lembar saham diperdagangkan. Analis Senior PT KGI Sekuritas Indonesia, Yuganur Wijanarko mengatakan, penurunan IHSG hari ini lantaran pergerakan saham telah mengalami kenaikan sejak awal pekan.
“IHSG rawan mengalami penurunan akibat aksi ambil untung pada saham-saham yang telah mengalami kenaikan tinggi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (22/5).
Yuganur menjelaskan, secara teknikal, laju IHSG masih memiliki ruang untuk melanjutkan proses penguatan dalam rentang jangka menengah.
“Pelaku pasar dapat melakukan aksi jual untuk ambil untung setelah kenaikan dari level 5.770 selama beberapa hari terakhir,” tandasnya.
Ekonom Institute for Development on Economic (INDEF) Bhima Yudhistira menyatakan, indikator jangka pendek dari reaksi investor nampak dari nilai kurs rupiah yang mengalami pelemahan. Selain itu, kata dia, perdagangan pasar saham juga sedikit tergoncang dengan turunnya IHSG di pasar saham.
“Diperkirakan rupiah bergerak melemah ke range 14.500-14.580 per USD. Sedangkan IHSG menurun tipis di 5.900-5.930,” kata Bhima ketika dihubungi JawaPos.com, Rabu (22/5).
Dia mengatakan, gejolak politik yang memanas pasca Pilpres juga berpengaruh terhadap outlook ekonomi sepanjang 2019. Menurutnya, investor khususnya asing masih lakukan posisi menahan (hold) realisasi investasi langsung.
“Ini kondisi yang harus diwaspadai. Padahal investasi dan ekspor adalah motor penggerak utama yang diharapkan selain konsumsi rumah tangga,” pungkasnya.
Selain itu, katanya, pusat perbelanjaan atau sektor retail dinilai paling berdampak atas aksi unjuk rasa tersebut. Di momentum persiapan belanja lebaran, masyarakat kemudian menjadi menahan diri ke pusat perbelanjaan akibat situasi politik nasional yang tidak stabil.
Sebagaimana diketahui, Aksi unjuk rasa penolakan hasil pemilihan presiden yang dilakukan oleh massa yang menamakan ‘Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat’ telah berlangsung sejak Selasa (21/5) kemarin. Ribuan pendukung Prabowo-Sandi tersebut menuntut kejelasan terkait kecurangan pemilu 2019.
Sumber :Jawa Pos.com
Editor : Heri