Dalam foto yang didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, tengah, berjalan di sekitar apa yang dikatakan rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17 pada peluncur, di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara pada 24 Maret 2022. (KCNA via KNS/AP PHOTO)
Media Pemerintah Korea Utara (KCNA) pada Jumat (4/10/2024), melaporkan bahwa Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tak akan ragu menggunakan senjata nuklir jika wilayahnya diserang musuh.
Dia merujuk musuhnya itu ialah Korea Selatan dan sekutunya Amerika Serikat (AS).
“Jika musuh mencoba menggunakan angkatan bersenjata yang melanggar kedaulatan DPRK, maka DPRK akan menggunakan tanpa ragu-ragu semua kekuatan ofensif yang dimilikinya, termasuk senjata nuklir,” kantor berita KCNA mengutipnya, menggunakan akronim untuk nama resmi Korea Utara.
Kim berbicara pada Rabu saat memeriksa pangkalan pelatihan militer pasukan khusus di sebelah barat Pyongyang, KCNA melaporkan, dikutip dari AFP. Pernyataan itu muncul setelah Korea Selatan menggelar parade militer awal minggu ini, dengan Presidennya Yoon Suk Yeol mengancam berakhirnya rezim Korea Utara jika Pyongyang menggunakan senjata nuklir.
“Jika Korea Utara mencoba menggunakan senjata nuklir, mereka akan menghadapi tanggapan yang tegas dan luar biasa dari militer kami dan aliansi AS dan Republik Korea,” kata Yoon.
“Hari itu akan menjadi akhir rezim Korea Utara,” imbuhnya saat berpidato di hadapan ribuan anggota angkatan yang berkumpul di Pangkalan Udara Seoul untuk menghadiri acara tersebut.
Menanggapi pernyataan tersebut, Kim mencap pemimpin Korea Selatan itu sebagai “boneka” dan “orang yang tidak normal”, KCNA melaporkan.
Pernyataan Kim juga merujuk pada aliansi Korea Selatan dengan Amerika Serikat, yang merupakan mitra militer utamanya.
Sebab, puluhan ribu tentara AS ditempatkan di Korea Selatan. Diketahui, Korea Selatan tidak memiliki senjata nuklir sendiri dan dilindungi oleh payung nuklir AS.
Perselisihan terbaru itu terjadi beberapa minggu setelah Korea Utara mengungkapkan gambar fasilitas pengayaan uranium untuk pertama kalinya.
Mereka juga memperlihatkan pemimpin Kim sedang mengunjungi lokasi itu sambil meminta lebih banyak sentrifus untuk meningkatkan persenjataan nuklir negara itu.
Korea Utara yang melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 2006 dan berada di bawah serangkaian sanksi PBB karena program senjata terlarangnya, belum pernah mengungkapkan rincian fasilitas pengayaan uraniumnya kepada publik sebelumnya.
Selain itu, hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan berada pada salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, Korea Utara baru-baru ini mengumumkan pengerahan 250 peluncur rudal balistik ke perbatasan selatannya.
Pyongyang juga telah menetapkan Korea Selatan sebagai “musuh utama” dan menyatakan dirinya sebagai kekuatan senjata nuklir yang tidak dapat diubah.
Tak hanya itu saja, Korea Utara telah lama mengabaikan sanksi PBB, sebagian berkat dukungan dari sekutunya, Rusia dan China.
Editor: PARNA
Sumber: kompas.com