Pojok Batam- Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan mendapat tekan dari penguatan dolar, terutama setelah dirilisnya data-data ketenagakerjaan AS yang diikuti dengan kondisi ekonomi Italia yang berimbas pada pelemahan EUR.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, tampaknya harapan akan berkurangnya pelemahan Rupiah belum terjadi sehingga dapat membuka peluang pelemahan kembali.
”Diperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran 15.225-15.209,” ujarnya Selasa (9/10).
Reza menjelaskan, belum adanya sentimen positif membuat laju Rupiah masih dalam pelemahannya.
Bahkan adanya pertemuan IMF-World Bank dan sejumlah delegasi Bank Sentral dari berbagai negara yang diharapkan dapat meningkatkan peluang investasi di Indonesia juga belum dapat mengangkat Rupiah.
Selain itu, sentimen dari global, terutama dari rilis data-data AS yang terkait dengan suku bunga The Fed hingga kondisi di Eropa dimana Italia menjadi perhatian pasar dalam upayanya mengatasi defisit anggarannya serta Tiongkok yang telah menaikan cadangan rasionya lebih mendapat perhatian pasar.
Semua kondisi sentimen tersebut membuat laju USD kembali meningkat dibandingkan sejumlah mata uang lainnya sehingga membuat Rupiah kembali melanjutkan pelemahannya.
“Tidak hanya itu, adanya keputusan Arab Saudi yang menjanjikan menambah pasokan minyak membuat harga minyak turun dan berimbas pada terapresiasinya dolar Amerika Serikat,” tandasnya.