Badai sitokin kini ramai diperbincangkan lantaran banyak dialami oleh pasien COVID-19. Mengingat varian Delta diyakini lebih berbahaya akibat penularannya yang lebih cepat, adakah hubungannya dengan badai sitokin? Apakah orang dengan infeksi varian Delta lebih berisiko terkena badai sitokin?
Dokter spesialis penyakit dalam, dr Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD-KP menjelaskan semua jenis varian Corona bisa menyebabkan badai sitokin, bahkan varian pertama yang ditemukan di Wuhan, China. Artinya apa pun varian yang menginfeksi, pasien COVID-19 berisiko mengalami badai sitokin.
“Sebetulnya itu sejawat-sejawat yang ada di Wuhan dan China sana sudah memberitakan itu, menulis dan menginformasikan dan memberikan kabar ke kita, memang terjadi badai sitokin. Karena itu virus asli yang berasal dari Wuhan terbukti menimbulkan badai sitokin,” terangnya dalam YouTube Ikatan Dokter Indonesia, Jumat (27/8/2021).
“Tapi memang, ada beberapa varian yang lebih (berisiko menimbulkan). Varian Beta itu cenderung lebih menimbulkan badai dilaporkan lebih banyak sedikit,” lanjutnya.
Apakah varian Delta meningkatkan risiko badai sitokin?
dr Ceva menjelaskan pada dasarnya infeksi varian Delta tidak menimbulkan risiko badai sitokin lebih besar pada pasien COVID-19. Akan tetapi akibat potensi penularannya yang lebih mudah, varian ini memperbesar risiko badai sitokin pada orang-orang yang tertular.
Mengingat, jumlah orang terpapar akan lebih banyak dalam waktu lebih singkat dibanding infeksi varian Corona lainnya.
“Varian Delta itu kelihatannya tidak lebih banyak badai sitokin dibanding yang wild type (varian pertama) yang jenis aslinya. Tapi Delta menjadi masalah kemarin karena dia lebih menular. Jadi kasus yang tertular 1 orang kena di rumah, kalau wild type 3 orang akan tertular,” jelas dr Ceva.
“Tapi kalau Delta, 1 orang kena, 10 orang di rumah akan tertular. Otomatis ketika jumlah orang yang tertular lebih banyak, persentase yang sama untuk terjadi badai sitokin menjadi meningkat,” pungkasnya.