Foto: iStock

Pernikahan membawa dampak positif bagi kesehatan, terutama pria. Menurut studi terbaru, pria menikah menua lebih lama, dibandingkan pria yang masih lajang.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal International Social Work mengamati bagaimana pernikahan berdampak terhadap proses bertambahnya usia. Pada pria, hubungan pernikahan yang sehat membantu memperlambat proses penuaan.

Peneliti melacak kesehatan dan kesejahteraan orang dewasa berusia 45 hingga 85 tahun selama 20 tahun untuk memahami bagaimana status perkawinan berdampak pada kesehatan mereka. Mereka menggunakan berbagai indikator untuk menentukan apakah setiap partisipan ‘menua dengan baik’, artinya tetap sehat secara fisik dan mental di usia senja.

Kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial dan persepsi diri terkait usia semuanya dipertimbangkan ketika mengambil kesimpulan.

Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan, pria menikah lebih berhasil ‘menua dengan sehat’ dibandingkan pria yang belum pernah menikah. Namun itu hanya terjadi jika mereka tetap dalam pernikahan yang awet – perpisahan, perceraian, dan kematian pasangannya kemungkinan besar akan berdampak negatif.

Baik bagi pria maupun wanita, kestabilan sebuah pernikahan lebih berpengaruh bagi kesehatan dibandingkan sekadar memasang cincin di jari. Banyak penelitian menunjukkan bahwa menikah meningkatkan kesehatan masyarakat.

Data terbaru yang diterbitkan dalam Global Epidemiology mengungkapkan bahwa pernikahan membantu mengurangi sepertiga angka kematian pada perempuan. Dengan catatan, jika pernikahan yang dijalani sehat dan harmonis.

Studi lain yang baru-baru ini diterbitkan dalam jurnal Nature Human Behavior menemukan bahwa orang-orang lajang di seluruh dunia berisiko lebih besar mengalami masalah kesehatan mental dibandingkan orang-orang yang sudah menikah. Peneliti menemukan bahwa orang yang belum menikah 79% lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan orang yang sudah menikah.

Editor: PARNA
Sumber: detik.com