Enam dari sepuluh perusahaan memecat fresh graduate pada 2024. Satu dari enam manajer rekrutmen ragu untuk merekrut para Generasi Z (Gen Z) lulusan pendidikan tinggi ini.
Temuan tersbeut dilaporkan dalam hasil survei Intelligent yang dimutakhirkan September 2024 lalu. Jajak pendapat daring di Pollfish tersebut melibatkan partisipasi 966 pemimpin bisnis untuk menengok kecenderungan perekrutan Gen Z yang lulus dari perguruan tinggi baru-baru ini.
Dalam survei tersebut, 75 persen perusahaan menyatakan kinerja fresh graduate Gen Z tidak memuaskan. Manajer perekrutan menilai mereka tidak siap masuk dunia kerja, tidak bisa menangani beban kerja, dan tidak profesional.
Kurang Soft Skill
Lebih lanjut, sembilan dari sepuluh manajer rekrutmen mengatakan fresh graduate perlu mengikuti pelatihan etiket. Sejumlah hal yang dikritisi dari Gen Z yaitu kurang motivasi dan kurang inisiatif (50 persen), keterampilan komunikasi buruk (39 persen), kurang profesional (46 persen), sulit menerima masukan (38 persen), dan tidak mampu/payah dalam memecahkan masalah (34 persen).
Isu soft skill Gen Z tersebut juga dibenarkan Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) Amich Alhumami.
“Beberapa kali viral itu yang gen-z banyak di lay off (pecat) karena soft skill-nya lemah,” kata Amich kepada wartawan di Hotel Artotel Mangkuluhur, Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2024) lalu.
Ia menekankan soft skill merupakan salah satu kunci sukses masuk pasar kerja. Untuk mengasahnya, belajar di organisasi, komunitas, dan kegiatan kerelawanan menurutnya menjadi penting dilakukan.
“Kompetensi mahasiswa dari berbagai latar belakang sosial ekonomi dapat ditingkatkan jika mereka dilatih terutama soft skill. Jadi pada saat mereka lulus mereka memiliki peluang yang sama bisa masuk dunia kerja, siap kerja, siap latih,” ucapnya.
Saran untuk Pemberi Kerja
Dikutip dari laman Harvard Business Publishing Corporate Learning, perusahaan juga punya andil dalam mengembangkan Gen Z di lingkungan kerja. Sebab, mereka masih menjalani fase karier awal.
Fase karier awal usai kuliah dan pelatihan merupakan tahap perjalanan profesional Gen Z dalam membangun pengalaman kerja dan memantapkan diri pada bidang yang dipilih. Tidak ada kerangka waktu tetap untuk fase ini, tetapi lazimnya beberapa tahun awal kerja.
Gen Z juga mengalami tantangan dunia kerja pascapandemi, yaitu dipaksa bekerja jarak jauh. Akibatnya, proses orientasi Gen Z dengan lingkungan sosial dunia kerja yang sama sekali baru bagi mereka serta pemenuhan tuntutan untuk segera berkolaborasi jadi terhambat.
Saat Gen Z belum mampu membangun diri di masa karier awal tersebut, beberapa di antaranya sudah dahulu dipecat. Kondisi ini berisiko memicu rasa tidak percaya Gen Z pada sistem dunia kerja, rasa tidak aman, dan khawatir akan kemajuan kariernya.
Berikut sejumlah langkah yang disarankan untuk pemberi kerja atau perusahaan:
Alih-alih hanya berfokus pada pemberian kompensasi, bantu Gen Z dalam pengembangan soft skill dan hard skill dengan pendekatan yang berpusat pada kebutuhannya.
Bantu Gen Z menemukan rasa puas dan bahagia saat menjalankan pekerjaan
Tanyakan pada Gen Z cara terbaik untuk mendukung mereka di bidang karier
Menjadi contoh, mendengarkan, menjadi tempat diskusi, serta memberikan arahan dan saran konkret yang bijak untuk bantu mereka menavigasi perjalanan karier
Pemimpin di tempat kerja menghubungkan Gen Z dengan rekan kerja lebih berpengalaman yang bisa bantu membimbingnya, di samping bimbingan pemimpin itu sendiri
Tanya gambaran konsep sukses menurut Gen Z di tempat kerja dan bandingkan dengan kondisi saat ini, lalu jadikan sebagai dasar bagi mereka untuk memetakan langkah-langkah meraih kesuksesan tersebut
Memberi kendali bagi Gen Z dalam mengelola tugas dan pengembangan diri secara profesional dan personal, agar belajar dari pengalaman dan kesalahan serta belajar bertanggung jawab.
Pada akhirnya, Gen Z adalah pemegang kendali dalam mengelola perjalanan kariernya. Untuk itu, Gen Z perlu bertanggung jawab pada dirinya sendiri untuk bertumbuh secara profesional dan personal.
Editor: PARNA
Sumber: detik.com