Putra bungsu pendiri Singapura, Lee Hsien Yang membuat heboh jagat maya setelah mengumumkan telah mendapat suaka di Inggris. Ia menjadi pengungsi di negara lain karena konflik dengan saudara kandungnya Lee Hsien Loong perihal rumah warisan ayah mereka.
Dilansir Reuters, Lee Hsien Yang mengungkapkan dalam Facebooknya bahwa sejak 2022 lalu, dirinya berusaha mencari suaka di Inggris. Setelah penantian panjang, ia mendapatkan izin tinggal di negara tersebut pada Agustus 2024.
“Serangan pemerintah Singapura terhadap saya menjadi catatan publik. Mereka mengadili putra saya, melakukan proses disipliner terhadap istri saya, dan meluncurkan penyelidikan polisi palsu yang telah berlangsung selama bertahun-tahun,” tulis Lee Hsien Yang dalam unggahan Facebooknya seperti yang dikutip pada Kamis (24/10/2024).
“Saya mencari perlindungan suaka sebagai upaya terakhir. Saya tetap menjadi warga negara Singapura dan berharap suatu hari nanti akan aman untuk kembali pulang,” lanjutnya.
Konflik antara Lee Hsien bersaudara ini dipicu perbedaan pendapat di antara keduanya. Lee Hsien Yang ingin rumah warisan ayahnya dihancurkan seperti isi surat wasiat. Sementara itu, Lee Hsien Loong yang merupakan mantan Perdana Menteri Singapura ketiga, berpendapat keputusan atas nasib rumah tersebut harus diputuskan oleh pemerintah Singapura. Ada kemungkinan pula, rumah tersebut bisa menjadi bangunan bersejarah nantinya.
Alasan Pendiri Singapura Ingin Rumahnya Dihancurkan
Pendiri Singapura, Lee Kuan Yew telah meninggal dunia pada Maret 2015 lalu. Semasa hidup, rumah yang berada di Jalan 38 Oxley Road ini merupakan tempat tinggalnya.
Sebelum meninggal, Lee Kuan Yew sempat membeberkan keinginannya untuk menghancurkan rumah tersebut. Alasannya rumah tersebut tidak memiliki fondasi, lembab, dindingnya retak, dan biaya pemeliharaannya mahal.
“Tapi untungnya pilar-pilarnya kokoh,” ujar pendiri Singapura tersebut sembari berkelakar kepada Singapore Straits Times seperti yang dikutip pada Jumat (25/10/2024).
Setelah dirinya meninggal dunia, rumah tersebut ditempati oleh anak perempuan satu-satunya yakni Lee Wei Ling hingga ia meninggal dunia pada 9 Oktober 2024 lalu.
Saksi Bisu Pembangunan Singapura Modern
Rumah Lee Kuan Yew pernah menjadi tempat perkumpulan para tokoh penting Singapura. Mulai dari Menteri Luar Negeri Pertama Singapura Sinnathamby Rajaratnam, Presiden ketiga Singapura Devan Nair, Wakil Perdana Menteri Singapura (1965-1968) Dr Toh Chin Chye, dan Wakil Perdana Menteri Singapura (1973-1984) Dr Goh Keng Swee. Dalam setiap pertemuan mereka, bahasan yang selalu dibahas adalah mengenai konsep Singapura modern.
Selain itu, banyak ide brilian tercipta saat Lee Kuan Yew tinggal di rumah tersebut. Bahkan beberapa aktivitas People’s Action Party (PAP) dilakukan di ruang bawah tanah rumah tersebut. Pada saat itu, Lee Kuan Yew memegang jabatan sebagai sekretaris jendral partai.
“Seiring waktu, rumah ini dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa penting nasional. Hari ini, ini menjadi bukti pembentukan pemerintahan baru untuk Singapura. Komite menilai bahwa Properti ini memiliki signifikansi arsitektur, warisan, dan sejarah.” jelas Komite kementerian seperti yang dikutip dari Today Online.
Sementara itu, Lee Kuan Yew sendiri adalah Perdana Menteri pertama Singapura yang menjabat pada 1959-1990. Dilansir dari Biography, ia disebut sebagai Perdana Menteri paling lama menjabat di dunia. Selama kepemimpinannya, Singapura bisa menjadi negara paling makmur dan maju di antara negara di Asia Tenggara.
Editor: PARNA
Sumber: detik.com