Warga Suriah merayakan jatuhnya rezim pemerintahan Presiden Bashar Al Assad di Umayyad Square, Damaskus, Minggu (8/12/2024). Mereka juga memasuki rumah mewah Assad setelah ia kabur ke luar negeri, usai pasukan pemberontak memasuki ibu kota.(AFP/BAKR AL KASSEM)
Warga Suriah bergembira merayakan jatuhnya rezim Presiden Bashar Al Assad pada Minggu (8/12/2024).
Perayaan digelar di seluruh negeri dan sekitarnya atas berakhirnya kekuasaan Assad dan Partai Baath pimpinannya yang dikenal brutal dan represif. Massa juga memasuki rumah mewah Assad setelah pemberontak yang dipimpin kelompok Hayat Tahrir Al Sham (HTS) menyatakan, sang presiden melarikan diri.
Sumber di Kremlin pada Minggu (8/12/2024) menyampaikan kepada kantor berita Rusia, Assad dan keluarganya tiba di Moskwa dan telah diberikan suaka atas dasar kemanusiaan.
Rezim Assad jatuh 11 hari setelah pemberontak memulai serangan mendadak, lebih dari 13 tahun setelah tindakan keras Assad terhadap demo anti-pemerintah memicu perang saudara Suriah.
“Kemenangan ini, saudara-saudaraku, bersejarah bagi kawasan ini,” kata Abu Mohammed Al Jolani, pemimpin kelompok HTS, dalam pidato di Damaskus, dikutip dari kantor berita AFP. Warga bersorak di jalanan saat faksi pemberontak mengumumkan kaburnya Assad.
“Kami nyatakan kota Damaskus bebas,” ucap mereka. Suara tembakan perayaan pun terdengar bersamaan dengan teriakan, “Suriah milik kita dan bukan milik keluarga Assad”.
Koresponden AFP melihat puluhan pria, wanita, dan anak-anak berkeliaran di rumah Assad yang modern dan luas. Kamar-kamarnya sudah kosong.
“Saya tidak percaya mengalami momen ini,” kata warga Damaskus, Amer Batha, sambil menangis ketika dihubungi AFP melalui telepon.
“Kami sudah lama menunggu hari ini.” Faksi pemberontak mengumumkan di Telegram, berakhirnya 50 tahun penindasan di bawah pemerintahan Partai Baath, dan 13 tahun kejahatan, tirani, serta pengungsian. “(Ini) awal era baru bagi Suriah,” lanjutnya.
Di seluruh negeri, orang-orang merobohkan patung Hafez Al Assad, ayah Bashar dan pendiri sistem pemerintahan represif yang diwarisinya.
Selama 50 tahun terakhir di Suriah, kecurigaan sekecil apa pun terhadap kebijakan pemerintah dapat membuat seseorang dipenjara atau terbunuh.
Selama penyerangan, para pemberontak membebaskan tahanan, termasuk di penjara Sednaya yang terkenal paling kejam di era Assad.
Penyelidik kejahatan perang PBB mendesak orang-orang yang mengambil alih kekuasaan di Suriah memastikan kekejaman rezim Assad tidak terulang. Amnesty International menyebutnya kesempatan bersejarah bagi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran di Suriah untuk diadili.
Berakhirnya kekuasaan Assad terjadi hanya beberapa jam setelah HTS mengatakan merebut kota strategis Homs.
Homs adalah kota besar ketiga yang direbut pemberontak, yang mulai maju pada 27 November, hari ketika gencatan senjata terjadi di Lebanon antara Israel dan Hizbullah.
Hizbullah mendukung Assad selama perang saudara Suriah yang panjang, tetapi kekuatannya semakin melemah akibat serangan Israel.

Editor: PARNA

Sumber: kompas.com