Taipan properti Vietnam, Truong My Lan (68) yang terbukti mendalangi penipuan terbesar dalam seharah global kalah banding terkait hukuman mati. Meski terancam kehilangan nyawa, ia masih memiliki kesempatan hidup bila bisa membayar sebagian dari hasil penipuannya.
Melansir dari CCN, Minggu (8/12/2024), Lan adalah pebisnis dengan portofolio sangat berharga berupa rumah mewah, hotel, dan properti komersial di seluruh negeri dan luar negeri. Namun, koleksi properti tersebut diduga didapat dengan cara mengubah sebuah bank besar menjadi ATM pribadinya.
Ia dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Kota Ho Chi Minh pada April lalu lantaran menggelapkan lebih dari US$ 12 miliar atau sekitar Rp 190,3 triliun (kurs Rp 15.865). Jumlah uang itu setara dengan sekitar 3% dari seluruh ekonomi Vietnam. Hal itu pun merusak kepercayaan investor asing terhadap ekonomi Vietnam.
Akan tetapi, ada secercah harapan bagi Lan untuk mendapat hukuman penjara seumur hidup alih-alih hukuman mati. Para hakim mengatakan dirinya dapat terbebas dari pidana mati bila mampu membayar tiga per empat dari hasil penipuannya, menurut VnExpress International. Lan harus bisa membayar nilai yang fantastis untuk dibiarkan hidup, yakni US$ 9 miliar atau setara Rp 142,7 triliun.
Awalnya Lan mempunyai latar belakang keluarga Sino-Vietnam yang sederhana pada tahun 1956. Ia sempat berjualan kosmetik bersama sang ibu di pasar tua di Ho Chi Minh.
Perlahan bisnisnya bertumbuh hingga hingga akhirnya melejit ketika bertemu investor asal Hong Kong, Eric Chu. Lan mendirikan perusahaan real estat Van Thinh Phat pada tahun 1992, tahun di mana dia menikah dengan Chu.
Pada tahun 2011, Lan sudah menjadi tokoh bisnis yang kuat namun tidak terlalu dikenal di Kota Ho Chi Minh. Pada tahun itu, ia terlibat dalam merger Saigon Joint Commercial Bank yang sedang kesulitan dengan dua pemberi pinjaman lainnya, dalam sebuah kesepakatan yang dikoordinasikan oleh bank sentral Vietnam.
Lebih dari satu dekade kemudian, Lan memanipulasi sistem perbankan ketika industri properti Vietnam terpuruk dan pinjaman macet mulai menumpuk karena banyak bisnis yang terkait dengannya mengalami kesulitan keuangan selama pandemi COVID-19.
Penangkapan Lan pada Oktober 2022 memicu penyelidikan selama seminggu terhadap Saigon Commercial Bank (SCB) dengan dugaan berhubungan dengan kejahatan keuangan Lan.
Lan secara resmi memiliki 5% saham SCB, batas atas yang diizinkan menurut hukum Vietnam.
Namun jaksa menuduhnya secara tidak langsung memiliki 91,5% saham bank, menurut laporan media pemerintah tentang persidangan tersebut. Jaksa juga menuduhnya menyuap regulator dan pejabat perbankan untuk menutupi jejaknya.
Penyidik menuduhnya dan puluhan kaki tangannya mengambil pinjaman dan uang tunai melalui jaringan ribuan perusahaan cangkang selama lebih dari satu dekade. Pinjaman ini menyedot uang sejumlah US$ 44 miliar atau setara Rp 698 triliun.
Total kerugian mencapai $12 miliar ditetapkan sebagai penggelapan, sehingga Lan dijatuhi hukuman mati. Dia diadili bersama 85 orang lainnya, termasuk mantan bankir sentral dan pejabat pemerintah, serta mantan eksekutif SCB.
Selain itu, Lan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dalam persidangan terpisah pada bulan Oktober setelah dinyatakan bersalah atas perolehan harta benda melalui penipuan, pencucian uang, dan transfer uang lintas batas secara ilegal menggelapkan sekitar US$ 27 miliar atau sekitar Rp 428,3 triliun.
Lan, di sisi lain, telah berulang kali mengajukan permohonan belas kasihan. Selama persidangan pada bulan Oktober, Lan mengatakan kepada pengadilan bahwa dia tidak pernah bermaksud melakukan penipuan tetapi siap untuk bertanggung jawab.
“Saya menganggap ini takdir saya,” kata Lan, dikutip dari CNN, Minggu (8/12/2024).
Hakim pengadilan banding mengatakan kejahatan Lan menyebabkan konsekuensi yang serius, maka tak ada keadaan yang meringankan untuk mengurangi hukumannya.
Kejahatan keuangan Lan telah menunjukkan betapa goyahnya sistem keuangan negara itu sebenarnya kata profesor dalam politik Asia Tenggara dan masalah keamanan di National War College di Washington, Zachary Abuza.
“Di Vietnam, tanah dikuasai oleh negara. Tidak mungkin dia melakukan apa yang telah dilakukannya… tanpa persetujuan resmi,” kata Abuza.
Persidangan Lan soal kasus penipuannya sudah dimulai sejak bulan Maret dan disiarkan secara terbuka di media pemerintah. Sebagian dari persidangan disiarkan langsung di luar pengadilan di Kota Ho Chi Minh untuk menunjukkan kepada publik bahwa pemerintah menindaklanjuti tindakan kriminal Lan.
Editor: PARNA
Sumber: detik.com