Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merilis data terbaru korban yang terinfeksi bakteri E. coli usai memakan McDonald’s Hamburger Quarter Pounder. Hingga Jumat (25/10) waktu AS, saat ini ada 75 orang yang terinfeksi, dari sebelumnya 49 orang yang keracunan.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (26/10), dari 61 orang yang terdata, bahkan ada 22 orang dirawat di rumah sakit. Dua di antaranya mengalami sindrom uremik hemolitik, kondisi serius yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Kasus Strain E. coli O157: H7 pada burger Quarter Pounder McDonald’s ini menyebabkan kematian satu orang dan bisa menjadi ‘penyakit yang sangat serius’ terutama bagi orang tua, anak-anak, dan orang yang memiliki gangguan kekebalan tubuh.
Dari 14 ribu restoran McDonald’s, manajemen sudah menghentikan penyajian Quarter Pounder di 1/5 toko mereka. Kejadian ini juga membuat saham perusahaan anjlok.
Pada penutupan perdagangan Wall Street, Jumat, saham McDonald’s anjlok sekitar 2,97 persen atau nyaris 3 persen ke posisi USD 292,61 per lembar. Analis saham dari BTIG, Peter Saleh, mengatakan kasus ini membuat investor menjadi khawatir.
“Kami percaya lebih banyak infeksi mungkin terjadi dalam waktu dekat dan risiko terbesar bagi investor adalah siklus berita negatif yang terus menerus,” kata Peter.
Berawal dari Bawang Bombay
Temuan awal FDA dan McDonald’s, kasus keracunan bakteri E.coli ini kemungkinan besar berasal dari bawang bombay yang digunakan dalam Quarter Pounder. Bawang bombay itu dipasok oleh satu pemasok yang melayani tiga pusat distribusi yaitu Taylor Farms.
Taylor Farms adalah pemasok untuk lokasi-lokasi yang terkena dampak dan McDonald’s telah melakukan penarikan secara sukarela, demikian ungkap perusahaan dan badan tersebut. Pemasok juga telah menarik beberapa batch bawang kuning yang diproduksi di fasilitas Colorado.
Pada Jumat malam, McDonald’s mengatakan, bawang bombay dari fasilitas Taylor Farms di Colorado didistribusikan ke sekitar 900 restorannya di Colorado, Kansas, Wyoming, dan beberapa negara bagian lain di wilayah tersebut.
Atas kejadian ini, mereka telah memutuskan untuk berhenti memasok bawang dari fasilitas tersebut untuk waktu yang tidak terbatas.
Departemen Pertanian AS mengatakan pada hari Rabu bahwa meskipun bawang bombay kemungkinan besar menjadi penyebabnya. Salah satu mitra negara bagian sedang menguji sampel daging sapi yang digunakan dalam burger tersebut untuk mengetahui apakah ada kandungan E. coli atau tidak.
Editor: PARNA
Sumber: kumparan