Ilustrasi. Dua mahasiswa Harvard University membuat sebuah video demo mengenai perangkat kacamata pintar dapat mengungkapkan identitas orang lain secara instan. (Foto: dok. Facebook)

Dua mahasiswa Harvard University membuat sebuah video demo mengenai perangkat kacamata pintar dapat mengungkap identitas orang lain secara instan.

Demo itu memanfaatkan teknologi yang ada, seperti kacamata pintar Meta Ray-Ban, hingga teknologi pengenalan wajah PimEyes, serta basis data publik.

AnhPhu Nguyen dan Caine Ardafiyo membuat demo yang menunjukkan kacamata pintar menjadi alat doxing. Kacamata itu dapat menunjukkan identitas, nomor telepon, dan alamat orang asing yang dilihat lewat perangkat tersebut.

Dalam percobaan ini, alat buatan mereka mampu untuk mengenali wajah dan mencocokannya dengan data online melalui kacamata pintar. Alat mereka bekerja dengan memanfaatkan teknologi AI untuk mendeteksi wajah.

Kemudian, ia menggunakan fitur untuk livestream di kacamata pintar tersebut. Kecerdasan buatan (AI) akan memonitor livestream tersebut dan mendeteksi wajah yang muncul pada livesteam.

Selanjutnya, AI akan menyediakan informasi pribadi orang yang terdeteksi melalui aplikasi smartphone.

Nguyen dan Ardayfio menamai sistem mereka I-XRAY, dengan memanfaatkan fitur AI untuk pengenalan wajah yang semakin akurat dari waktu ke waktu. I-XRAY memanfaatkan PimEyes, peramban berdasarkan pengenalan wajah yang dapat diakses siapa saja.

“Tujuan membuat alat ini bukanlah untuk disalahgunakan, dan kita tidak merilisnya,” tulis Nguyen dan Ardafiyo dalam dokumen penjelasan proyeknya, melansir The Verge (2/10).

Sebaliknya, mereka membuat alat tersebut untuk meningkatkan kesadaran bahwa doxing dengan menggunakan perangkat canggih bukan lagi ancaman di masa depan, tapi sudah terjadi saat ini.

Secara khusus, mereka menunjukkan bahwa I-XRAY unik karena model bahasa yang besar (LLM) mampu bekerja otomatis dan mengambil data nama dan foto dari sumber yang luas.

Kacamata pintar dan pelanggaran privasi

Kacamata pintar sering digunakan untuk pelanggaran privasi, bahkan Google Glass awalnya gagal karena perangkat mereka digunakan untuk merekam tanpa izin. Namun kenyataannya masyarakat semakin terbiasa jika ada yang merekam di tempat umum karena perkembangan smartphone, TikTok, dan vlogger.

Masalah utama dari kacamata pintar ini adalah, perangkat tersebut tidak menonjol dan sekilas seperti kacamata pada umumnya.

Kacamata pintar buatan Meta memang memiliki lampu privasi yang akan menyala jika digunakan untuk merekam. Namun, dalam sebuah uji coba, lampu ini susah untuk dilihat ketika digunakan luar ruangan dengan pencahayaan yang cerah.

Orang-orang biasanya tidak sadar ketika kacamata pintar sedang merekam, khususnya saat di area yang ramai.

Meta memperingatkan pengguna agar tetap mengikuti kebijakan privasi untuk Ray-Ban. Mereka mendesak pengguna untuk memberi isyarat atau menggunakan kontrol suara ketika ingin merekam video, live streaming, atau mengambil foto. Namun, kenyataannya orang-orang mungkin juga memilih tidak mengikuti etika menggunakan kacamata pintar.

Editor: PARNA
Sumber: cnnindonesia.com