Pojok Batam

Apa Itu Unit Perang Siber 8200 Israel ‘Dalang’ Ledakan Pager Lebanon?

Anggota Unit Perang Siber 8200 Israel kebanyakan anak muda yang berusia awal 20 tahunan dan dianggap sebagai anggota militer terbaik dan tercerdas di Israel. (Foto: iStock/gorodenkoff)

Unit Perang Siber 8200 Israel menjadi sorotan usai disebut-sebut dalang teror rentetan ledakan pager dan perangkat komunikasi lainnya di Lebanon pada Selasa (17/9) dan Rabu (18/9).

Sampai saat ini, Israel bungkam soal tuduhan otak dibalik ledakan ribuan pager, baterai laptop, ponsel, radio, hingga perangkat tenaga surya di hampir seluruh wilayah Lebanon. Insiden ini menewaskan lebih dari 30 orang dan melukai ribuan orang lainnya.

Teror ledakan ini diyakini menyasar milisi Hizbullah yang terus bersitegang dengan Israel hingga terlibat saling tembak menembak roket di perbatasan dalam beberapa bulan terakhir. Namun, korban teror ledakan alat komunikasi ini tak hanya milisi Hizbullah, tapi juga warga sipil termasuk anak-anak hingga petugas medis.

Lembaga keamanan Lebanon tengah melakukan penyelidikan terkait teror ledakan ini. Sejauh ini, pihak berwenang meyakini bahwa ribuan pager dan perangkat komunikasi yang meledak pada Selasa dan Rabu telah “disadap” atau dipasangi “jebakan” bahan peledak.

Pejabat keamanan Lebanon hingga Amerika Serikat bahkan meyakini Israel lah yang memasang bahan peledak di ribuan pager yang meledak. Ribuan pager ini disebut telah dibeli Hizbullah dari perusahaan di Taiwan sejak awal tahun.

Belakangan muncul nama Unit Perang Siber 8200 Israel atau 8200 cyber warfare unit yang diduga terkait teror ledakan pager di Lebanon ini. Namun, sampai saat ini Israel tetap bungkam.

Mantan pejabat intelijen militer Israel yang sekarang menjabat sebagai direktur penelitian di Forum Pertahanan dan Keamanan Israel, Yossi Kuperwasser, juga mengatakan tidak ada konfirmasi dari pemerintah bahwa Unit Siber Rahasia 8200 terlibat dalam serangan tersebut, seperti dikutip Reuters.

Apa itu Unit Perang Siber 8200?
Unit Perang Siber 8200 merupakan unit intelijen milik Israel yang berdiri pada 1948. Unit Perang Siber 8200 berada di bawah naungan Direktorat Intelijen Militer Israel. Dilansir Reuters, unit ini setara dengan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) dan Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris (GCHQ).

Unit Perang Siber 8200 bertugas melakukan operasi yang bersifat rahasia. Beberapa di antaranya, seperti penyerangan siber, peretasan data, dan blokade teknologi. Selain itu, unit intelijen milik Israel ini juga bertugas untuk memata-matai warga Palestina yang ada di Tepi Barat dan di Gaza.

Anggota Unit Perang Siber 8200 Israel kebanyakan adalah anak muda yang berusia awal 20-an. Anak-anak muda ini berasal dari sekolah-sekolah favorit yang sangat kompetitif dan berasal dari sekolah tinggi keamanan siber ternama di Israel. Inilah yang membuat anggota Unit Perang Siber 8200 diklaim sebagai anggota militer terbaik dan tercerdas di Israel.

Unit Perang Siber 8200 terkenal dengan budaya kerjanya yang keras. Unit ini selalu menekankan kepada anggotanya untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif agar mereka mampu memecahkan masalah kompleks yang ada di lapangan.

Kerasnya budaya kerja yang diterapkan Unit Perang Siber 8200 Israel ini sangat berdampak kepada para alumninya. Sebab, ada banyak mantan anggota Unit Perang Siber 8200 yang bisa mendirikan perusahaan teknologi usai mereka tidak lagi bekerja di sana.

“Baik itu masalah kelemahan perangkat lunak, matematika, enkripsi, masalah peretasan pada sesuatu, Anda harus mampu melakukannya sendiri,” kata Avi Shua, mantan anggota Unit Perang Siber 8200 sekaligus pendiri perusahaan keamanan siber ternama di Israel, Orca Security, dilansir Reuters.

Jejak operasi Unit Perang Siber 8200 Israel
Selain diduga terlibat dalam serangan pager di Lebanon, Unit Perang Siber 8200 Israel juga diduga terlibat dalam sejumlah serangan bersejarah.

Beberapa di antaranya, seperti serangan virus Stuxnet yang melumpuhkan sistem nuklir Iran pada 2010, serangan siber terhadap perusahaan telekomunikasi Lebanon, Ogero pada 2017, dan upaya menggagalkan serangan ISIS terhadap pesawat sipil yang terbang dari Australia ke Uni Emirat Arab pada 2018, seperti dikutip Reuters.

Meski begitu, hingga saat ini, pemerintah Israel tidak pernah mengonfirmasi bahwa Unit Siber 8200 terlibat dalam semua serangan tersebut.

Saat ini, kepercayaan masyarakat Israel terhadap Unit Perang Siber 8200 telah menurun. Hal ini lantaran mereka dinilai gagal mendeteksi dan mencegah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu, seperti dikutip Reuters.

Editor: PARNA
Sumber: cnnindonesia.com

Exit mobile version