Kelompok-kelompok bersenjata menyerbu penjara terbesar di Haiti, Lembaga Pemasyarakatan Nasional di Port-Au-Prince, pada Sabtu (2/3) malam. Ini terjadi menyusul aksi geng kriminal yang berusaha menggulingkan Perdana Menteri Ariel Henry, menyebabkan baku tembak di berbagai titik kota.
Dua serikat polisi utama di negara Karibia itu lantas menyerukan permintaan bantuan untuk mencegah para narapidana melarikan diri. Sebagian besar narapidana dianggap sebagai penjahat tingkat tinggi.
Belum diketahui jumlah narapidana yang melarikan diri dari penjara. Namun surat kabar Gazette Haiti menyebut yang kabur cukup signifikan. Di satu sisi, justru ada pula tahanan yang bertahan.
“Beberapa tahanan enggan meninggalkan tempat itu secara massal karena takut terbunuh dalam baku tembak,” kata sumber, dikutip dari Reuters.
Menurut laporan media lokal AyiboPost, petugas polisi yang ditugaskan di penjara kemudian mengosongkan tempat itu. Pemerintah Haiti belum menanggapi insiden tersebut.
Menurut kelompok hak asasi manusia RNDDH, lembaga pemasyarakatan tersebut dibangun untuk menampung 700 tahanan, tetapi tercatat memiliki 3.687 tahanan pada Februari 2023.
Sebuah laporan pada 2017 yang dibuat oleh RNDDH tersebut telah memperingatkan kepadatan berlebih di penjara tersebut dan kurangnya polisi.
Baku tembak masif telah menyebabkan kepanikan dalam beberapa hari terakhir.
Hal ini terjadi seiring aksi pemimpin geng kriminal, Jimmy Cherizier, yang juga mantan petugas polisi berupaya menggulingkan Henry. Cherizier, juga dikenal sebagai Barbecue, mengepalai aliansi geng kriminal dan menghadapi sanksi dari PBB dan AS.
Geng kriminal juga berusaha mengambil alih pelabuhan peti kemas utama ibu kota, menyebabkan gangguan lalu lintas, dan geng-geng mengancam akan menyerang lebih banyak kantor polisi di kota tersebut.
Cherizier pekan ini memperingatkan penduduk setempat untuk melarang anak-anak bersekolah untuk ‘menghindari tambahan kerugian’.
Perdana Menteri Henry, yang berkuasa setelah pembunuhan presiden terakhir negara itu Jovenel Moise pada 2021, sebelumnya berjanji untuk mundur pada awal Februari. Meski kemudian mengatakan keamanan pertama-tama harus dibangun kembali untuk menjamin pemilu yang bebas dan adil.
Editor: PARNA
Sumber: kumparan