Siapa pun pasti pernah tertawa dan itu tentu saja sesuatu hal yang umum.
Namun pernahkah memperhatikan, saat tertawa berlebih hingga terbahak-bahak perut kita terkadang akan terasa sakit.
Lantas apa yang memicu timbulnya sensasi tersebut?
Ternyata penjelasannya terletak pada interaksi rumit berbagai otot yang terlibat dalam mekanisme tertawa.
Tindakan dinamis
Mengutip Science ABC, tertawa adalah tindakan yang sangat dinamis dan tidak terkendali.
Saat seseorang tertawa, otot-otor di sekitar mata dan pipi berkontraksi.
Tapi selain itu, saat tertawa, kita menghembuskan napas dengan kuat. Udara yang dihembuskan keluar melalui tenggorokan, memberikan tekanan pada kotak suara atau laring saat keluar.
Hal ini selanjutnya membuat pita suara bergetar dan menghasilkan suara tawa yang khas.
Nah, pernapasan yang kuat itu merupakan faktor penting yang berkontribusi terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan di perut saat tertawa dengan intens.
Saat otot-otot perut bergerak, mereka memberikan tekanan pada diafragma dan otot-otot interkostal internal, menyebabkan kontraksi diafragma yang berdampak pada organ-organ di sekitar perut, menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Risiko tertawa berlebih
Tertawa memang baik, namun tertawa yang berlebihan bisa berakibat buruk.
Salah satu risiko kesehatan yang dilaporkan akibat tertawa berlebih adalah potensi terkena hernia.
Hernia berkembang ketika suatu organ menonjol keluar dari otot atau jaringan yang menampungnya.
Penyakit ini umumnya ditemukan di daerah perut, di mana bagian usus bisa keluar melalui lubang atau daerah yang lebih lemah di dinding perut.
Kompresi batang tubuh akibat tawa yang intens dapat menyebabkan tercekiknya hernia, memutus suplai darah dan menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Namun kasus ini jarang terjadi. Bagimanapun, manfaat tertawa jauh lebih besar dibandingkan risikonya.
Tertawa selama 10-15 menit dapat membakar 10-40 kalori. Ini bisa menjadi latihan aerobik menyenangkan yang melatih otot pernapasan dan perut Anda.
Tertawa juga dapat berperan dalam melengkapi fisioterapi dan rehabilitasi.
Editor: PARNA
Sumber; kompas.com