Baik di sekolah maupun dalam kehidupan, kita secara alami akan dihadapkan pada banyak keputusan. Terkadang, beberapa pilihan akan terasa lebih penting daripada yang lain dan hal ini membuat kita ragu.

Bagi sebagian orang, keraguan ini dianggap sebagai kenormalan karena akan berlalu seiring waktu. Namun bagi sebagian lain, keraguan dalam membuat keputusan bisa menimbulkan kekhawatiran dan perasaan bersalah.

Hal ini membuat seseorang bisa menderita decidophobia atau ketakutan dalam mengambil keputusan. Dalam kondisi yang paling ekstrem, mereka yang memiliki rasa takut ini mungkin mengalami serangan panik yang parah bahkan ketika berpikir untuk mengambil keputusan.

Apa Penyebab Takut Mengambil Keputusan?
Melansir situs resmi University of The People, ketakutan mengambil keputusan penyebabnya tidak begitu pasti. Namun, para ahli berpendapat bahwa itu mungkin berasal dari peristiwa traumatis.

Trauma yang dimiliki bisa sejak dari ia kecil hingga bertumbuh dewasa. Seperti mengambil keputusan tetapi disalahkan atau berpendapat tapi tidak didengarkan.

Nyatanya, jika seseorang mengalami peristiwa traumatis yang menyakitkan secara emosional dan memiliki kecenderungan genetik untuk mengembangkan penyakit mental, hal itu dapat memperburuk situasi.

Sebuah keputusan mungkin membingungkan atau menakutkan untuk mengatasi peristiwa yang menyakitkan selama masa kanak-kanak.

Terutama keputusan yang diambil dan membuat seseorang merasa tidak berdaya atau tidak memiliki kendali. Misal keputusan untuk menghadapi situasi tertentu, keuangan, pekerjaan, pertemanan, hingga keluarga.

Bagaimana Cara Mengatasinya?
Hal pertama yang harus dilakukan jika ragu atau kesulitan mengambil keputusan adalah melihat diri kita terlebih dahulu. Apakah ada depresi yang mendasarinya atau tidak.

Sebab, ketidakberdayaan, keputusasaan, anhedonia (tidak ada kesenangan), kelelahan, atau kelesuan dapat merusak persepsi dan mencegah kita dalam mengambil tindakan atau melihat dengan jelas sebuah hal di depan.

Carrie Barron, M.D., Direktur Program Kreativitas untuk Ketahanan di Dell Medical School di Austin, Texas, menjelaskan bahwa teknik terapi perilaku kognitif membantu memulihkan kapasitas pengambilan keputusan.

“Dalam membantu klien mereka dengan keputusan, praktisi mendorong penggunaan alat-alat seperti daftar Pros/Cons, memeriksa beberapa sisi dari masalah, dan secara kreatif menghasilkan pilihan tindakan, semuanya dalam upaya untuk melibatkan pengambilan keputusan yang lebih bijaksana dan produktif,” jelasnya dikutip dari Psychology Today.

Pemahaman tentang depresi, kecemasan, kecenderungan obsesif, atau pengalaman penting untuk mengidentifikasi keragu-raguan dalam mengambil keputusan.

Setelah bisa memahami kondisi diri, selanjutnya bisa mengidentifikasi akar masalah yang mengarah pada bantuan yang tepat.

Misalnya dengan fokus berpikir apa saja yang sedang dihadapi, risiko apa saja dalam segala pilihan, lalu berani memilih sesuai risiko yang bisa dihadapi.

Dengan pola pemikiran yang fokus tersebut, keragu-raguan akan semakin menghilang dan kita bisa fokus untuk berani membuat keputusan berdasarkan akar masalah dan risiko yang sanggup kita hadapi.

Editor: PARNA

Sumber: detik.com