Petani Jepang ini menarik perhatian setelah berhasil menjual hasil panen mangganya dengan harga mahal. Satu buah mangga dibanderol Rp 3,4 juta karena alasan ini.

Mangga menjadi salah satu jenis buah yang digemari karena rasanya yang manis asam. Selain itu, mangga menawarkan manfaat kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah tepat. Mulai dari menjaga kesehatan pencernaan, meningkatkan imunitas tubuh, mencegah penyakit flu, hingga menurunkan risiko kanker.

Namun mangga hanya bisa dinikmati ketika musim panen yang waktunya cenderung berubah-ubah. Jenis mangga yang dipanen pun bervariasi dengan rasa yang manis hingga asam.

Dipanen dengan cara dan kondisi yang berbeda membuat mangga pun dijual dengan harga beragam. Misalnya di Indonesia, mangga dijual mulai dari Rp 37.000 sampai Rp 295.000 per kilogramnya.

Tetapi harga mangga di negara lain belum tentu sama. Seperti yang dilaporkan oleh media internasional baru-baru ini, jika ada jenis mangga baru yang dijual dengan harga tinggi.

Mangga asal Jepang dengan varietas spesial musim dingin ini pun disebut berhasil dijual dengan harga mencapai $230 atau Rp 3,4 juta per buahnya. Meskipun sebagian besar mangga tumbuh pada musim panas, mangga jenis baru ini dipanen oleh petani asal Jepang pada musim dingin.

Lantas dengan harganya yang mahal, apa yang membuat mangga ini spesial? Merangkum gulfnews.com (09/05), ini alasannya.

1. Hasil pertanian berkelanjutan oleh petani Jepang
Petani Jepang Nakagawa telah menanam mangga sejak thun 2011 ia berhasil melakukan panen berkelanjutan.

Buah mangga varietas baru ini ‘diciptakan’ seorang petani asal Jepang bernama Hiroyuki Nakagawa. Sejak 2011, Nakagawa telah menanam mangga di wilayah salju Tokachi, di pulau bagian utara Jepang yaitu Hokkaido.

Awalnya tidak ada yang menganggap jika proses panen mangga yang ia lakukan adalah hal serius. Pria 62 tahun itu mengungkap jika sebelumnya ia mengelola perusahaan perminyakan.

Namun di Hokkaido, Nakagawa mengubah visinya untuk menciptakan sesuatu alami yang berasal dari alam. Dengan demikian, ia pun beralih ke budidaya mangga setelah bertahun-tahun berkecimpung dalam bisnis perminyakan.

Di bawah bimbingan petani mangga lain dari prefektur selatan Miyazaki, Nakagawa pun mengetahui informasi yang mengklaim menanam buah lebih baik dilakukan pada bulan-bulan musim dingin. Akhirnya pria asal Jepang itu mendirikan pertaniannya sekaligus perusahaan rintisannya Noraworks di Jepang.

Beberapa tahun kemudian, ia menciptakan merek mangganya sendiri yang disebut Hakugin no Taiyou atau jika diterjemahkan menjadi ‘Matahari di salju’.

2. Trik petani Jepang menanam mangga saat musim dingin
Petani Jepang itu punya trik sendiri dalam menanam mangga hingga bisa punya kualitas dan harga mahal seperti sekarang.

Di balik harganya yang mahal, rupanya ada rahasia Nakagawa dalam menanam buah tersebut. Pria Jepang ini menggunakan dua sumber daya alam yang terkenal di Hokkaido yaitu salju dan mata air panas onsen.

Ia menjadikan salju di musim dingin sebagai bekal untuk mendinginkan rumah kacanya selama musim panas. Dalam kata lain, pria ini membuat rumah kacanya membeku pada suhu sekitar -8 derajat celcius. Cara ini dilakukan olehnya untuk mengelabui buah-buahan itu menunda pembungaannya.

Sebaliknya, di musim panas Nakagawa menggunakan air panas onsen untuk menghangatkan rumah kacanya hingga memiliki suhu panas sekitar 36 derajat celcius. Nakagawa pun bisa memanen kurang lebih 5.000 mangga di luar musimnya.

Proses ini memungkinkan mangga matang selama bulan-bulan yang lebih dingin dan memungkinkannya untuk tidak menggunakan pestisida. Iklim dengan kelembaban rendah di Hokkaido juga mengurangi kebutuhan bahan kimia penghalang jamur.

Poin plusnya lagi, memanen buah di musim dingiin memungkinkan akses tenaga kerja yang lebih baik karena biasanya para petani punya pekerjaan lebih sedikit di musim tersebut.

3. Rasa mangga yang istimewa
Mangga itu pun sering dijual di supermarket dan ludes terjual.

Cara Nakagawa menanam mangga telah menghasilkan bonus pada rasanya. Menurutnya, rasa mangga yang ia tanam punya rasa yang jauh lebih manis daripada mangga biasa. Kandungan gulanya juga lebih tinggi sekitar 15 derajat brix.

Jika satuan itu dihitung menggunakan refractometer, 15 derajat brix akan sama dengan 15 gram gula di dalam 100 gram larutan. Buah mangga ini juga punya tekstur daging halus buttery tanpa berserabut.

Faktor pembaharuan terkait bagaimana mereka diproduksi telah menarik minat pelanggan dan distributor. Pada tahun 2014, departemen store ISetan yang berlokasi di Shinjuku, Tokyo memajang salah satu mangga miliknya. Kemudian mangga itu pun terjual dengan harga hampir $400 atau Rp 5,8 juta.

Harga mangga ini menjadi viral dan menarik lebih banyak perhatian. Menjadikannya sebagai buah yang sulit didapat. Bahkan dalam situs web resmi tempat pelanggan memesan buah, seringkali mangga ini ‘SOLD OUT’.

4. Rencana Nakagawa selanjutnya
Pelanggan Nakagawa bukan hanya distributor buah maupun individual, melainkan juga pebisnis yang menggunakan mangganya untuk diolah di restoran mereka.

Pelanggan Nakagawa bernama Natsuko Shoji yang merupakan seorang pemilik restoran menggunakan buah mangga di dalam kue bunganya. Nakagawa juga punya pelanggan dari luar negeri yang rela mengirim mangganya dengan pengecer kelas atas seperti City’s Super di Hong Kong.

Karena tidak menggunakan pestisida, mangganya pun telah dilirik oleh perusahaan teh Lupicia yang ingin menggunakan daunnya untuk digunakan dalam teh variasi mangga mereka.

Kedepannya, Nakagawa berencana meningkatkan hasil buah tropis lain dengan menggunakan metode yang sama. Pria 62 tahun ini juga ingin mengubah prefektur Tokachi menjadi produksi buah di musim dingin yang bisa mendorong ekonomi lokal.

Selanjutnya ia mengincar buah berair seperti buah persik atau peach yang dikenal tumbuh subur di iklim yang lebih hangat.

Editor: PARNA

Sumber: detik.com