Tim pakar pertahanan China menyebut rudal balistik antarbenua (Intercontinental Balistic Missile/ICBM) Korea Utara bisa menghantam Amerika Serikat (AS) hanya dalam 33 menit usai diluncurkan.

Mereka melakukan simulasi rudal ICBM, Hwasong-15, menyerang Missouri AS dari Provinsi Selatan Pyongan, Korut.

Hasilnya, rudal bisa menghantam AS dalam 1.997 detik atau sekitar 33 menit, dengan catatan sistem pertahanan rudal AS gagal mencegatnya. Simulasi itu tertuang dalam jurnal Teknologi Pertahanan Modern yang dirilis pada 15 Februari menggunakan bahasa China.

Pemimpin tim penelitian ini, Tang Yuyan, mengatakan Hwasong-15 adalah rudal yang mampu menjangkau hingga 13.000 kilometer.

“Cukup untuk menghantam seluruh wilayah AS,” kata Tang, seperti dikutip dari South China Morning Post.

Dalam penelitian itu, markas besar pertahanan rudal AS baru menerima peringatan sekitar 20 detik kemudian.

Batch pertama rudal pencegat akan lepas landas dalam waktu 11 menit dari Fort Greely di Alaska. Jika gagal, gelombang pencegat lain akan diluncurkan dari Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg di California.

Namun, soal hulu ledak Korut yang mencapai target masih menjadi pertanyaan terbuka.

Di sisi lain, penelitian itu menunjukkan jaringan pertahanan rudal AS yang ada punya celah dalam sistem rantai pembunuh atau kill chain dalam mengidentifikasi dan bertahan dari serangan lawan.

Berdasarkan skema para pakar China, tim menemukan platform pengawasan AS di luar angkasa, laut, dan di darat terkadang bisa kehilangan jejak rudal Korut, terutama saat naik dan turun di tengah penerbangan.

Menurut perhitungan mereka, jika Korut meluncurkan sejumlah rudal yang membawa lebih dari 40 hulu ledak atau umpan, sistem pertahanan rudal AS akan kewalahan.

Tang juga membuat simulasi rudal Korut menyerang pangkalan militer AS di Guam.

Merespons peluncuran rudal Korut, AS bisa saja meluncurkan empat gelombang rudal pencegat dari pangkalan militernya di luar negeri, seperti Jepang.

Namun, beberapa dari rudal pencegat ini bisa gagal jika rudal Korut mengambil lintasan yang tak biasa dengan ketinggian yang sangat tinggi.

Korea Utara belakangan juga mengembangkan hulu ledak luncur hipersonik yang dapat mengubah arah di atmosfer.

“[AS] saat ini belum memiliki kemampuan untuk menangani [target semacam itu] di dekat ruang angkasa,” kata tim Tang.

Editor: HER

Sumber: cnnindonesia