Sebuah video yang memperlihatkan seorang terapis memperlakukan pasien autisme anak dengan buruk beredar di media sosial. Sang terapis menjepit tubuh pasien dengan kedua kakinya hingga menangis di RS Hermina Depok, Jawa Barat.

Video itu salah satunya diunggah oleh akun Instagram @kamerapengawas.id. Kini, pihak Polres Metro Depok tengah menyelidiki kasus tersebut.

Video memperlihatkan tubuh pasien yang terjepit kedua kaki terapis. Namun, alih-alih memberikan terapi, si terapis justru asyik bermain ponsel dan membiarkan pasien menjerit-jerit.

Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) adalah masalah perkembangan otak yang membuat seseorang tak mampu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik.

Menukil laman Mayo Clinic, gangguan ini umumnya dimulai pada masa kanak-kanak. Jika dibiarkan, autisme dapat memicu masalah yang lebih parah saat dewasa kelak.

Tak ada obat yang bisa mengobati autisme. Hanya saja perawatan intensif seperti terapi rutin bisa dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.

Namun, membiarkan pasien terjepit di antara kedua kaki jelas bukan salah satu terapi autisme. Ada beberapa terapi autisme yang biasa dilakukan. Berikut di antaranya, mengutip WebMD.

1. Terapi bermain

Cara bermain anak autis akan berbeda dengan yang lain. Mereka biasanya akan fokus pada bagian mainan tertentu. Misalnya, alih-alih bermain sepeda, mereka akan lebih tertarik memperhatikan roda sepeda.

Atau, mereka juga mungkin tak ingin bermain dengan orang lain. Mereka akan lebih menikmati waktunya sendiri.

Tapi, bagi banyak anak dengan autisme, bermain adalah cara mereka mengekspresikan diri. Bermain dapat membantu mereka belajar terhubung dengan orang lain melalui cara yang mereka pahami.

2. Terapi okupansi

Terapi okupansi membantu anak dalam beraktivitas sehari-hari, utamanya dalam menggunakan barang-barang tertentu. Misalnya, belajar mengancingkan baju atau memegang sendok dengan benar. Fokus terapi ini akan tergantung pada kebutuhan anak.

Tujuan dari terapi ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup anak dengan autisme, baik di rumah maupun di sekolah. Terapis akan membantu memperkenalkan, menjaga, dan meningkatkan keterampilan sehingga pasien bisa mandiri semaksimal mungkin.

3. Terapi wicara

Anak dengan autisme biasanya memiliki masalah dalam komunikasi, baik verbal maupun nonverbal. Mereka juga biasanya kesulitan berinteraksi sosial.

Terapi wicara jadi salah satu solusi untuk masalah di atas. Terapi ini membantu anak terbiasa berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Terapi ini juga melibatkan kemampuan nonverbal seperti melakukan kontak mata dan belajar memahami bahasa tubuh.

Dalam beberapa kasus, autisme dapat diidentifikasi sejak usia 10-12 bulan. Semakin cepat terapi wicara dimulai, maka semakin baik hasilnya.

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa terapi wicara merupakan terapi paling efektif untuk mengatasi masalah autisme.

Editor: HER

Sumber: cnnindonesia