Managemen PT. Marcopollo Shipyard menyebut 4 pekerja korban ledakan yang terjadi pada, Kamis (20/10/2022) silam diduga melakukan pengerjaan tanpa dibarengi pemberitahuan.

Tidak hanya itu, sesaat sebelum ledakan terjadi pihaknya juga menyebutkan sempat terjadi pemadaman listrik, sebelum ledakan yang mengakibatkan 2 pekerja meninggal dunia, dan dua pekerja lainnya mengalami luka bakar.

Untuk diketahui, peristiwa ledakan yang terjadi di salah satu kapal pengangkut minyak pada, Kamis (20/10/2022) kemarin menyebabkan dua pekerja berinisial TW (23), dan PJ (23) meninggal dunia akibat ledakan.

Dan dua pekerja lain berinisial RH (23), dan WH (28) mengalami luka bakar yang cukup serius, dan hingga saat ini masih mendapat perawatan secara intensif.

“Sebelum terjadi ledakan sempat terjadi pemadaman listrik saat sedang bekerja. Namun sekitar 45 menit, sempat terlihat kepulan asap sementara yang saya tahu ada juga 4 orang pekerja yang sedang berada di bawah. Saat kejadian saya memang ada di lokasi dan berada di bagian atas. Namun yang kami tahu, belum ada pemberitahuan secara tulisan untuk pekerjaan di bagian tangki kapal,” terang Mike selaku Production Manager PT. Marcopollo Shipyard, Rabu (26/10/2022).

Penjelasan ini, terungkap disaat Komisi IV DPRD Batam melakukan kunjungan ke PT. Marcopollo Shipyard guna memastikan mengenai keamanan bagi para pekerja di industri galangan kapal tersebut.

Anggota Komisi IV DPRD Batam, Bobi Alexander sempat menanyakan mengenai keamanan dari pihak perusahaan terhadap para pekerja.

Terlebih informasi yang didapat, adanya dugaan bahwa ledakan dipicu karena adanya pekerjaan cutting tos di bagian atas kapal, sementara di bagian tangki kapal diketahui masih memiliki muatan bahan bakar.

“Dari salah satu saksi yang selamat. Mereka mengetahui masih ada sedikit muatan di tangki. Sementara di bagian atas ada pekerjaan cutting tos. Ini pengawasan di lapangannya seperti apa,” tegasnya.

Menjawab pertanyaan tersebut, Mike juga mengakui bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh para korban hanya berdasarkan instruksi secara lisan.

“Yang saya tahu saat ini, dugaan dari kami pekerjaan itu dilakukan atas instruksi lisan saja,” tuturnya.

Mengenai perintah ini, Mike menyebutkan arahan tersebut datang dari PT. PAS, perusahaan subkontraktor yang digunakan PT. Marcopollo dalam proyek terhadap salah satu kapal pengangkut minyak.

Sebelum ledakan, pihaknya juga sempat menyebut adanya pekerjaan cutting tos, dengan menggunakan alat las di bagian atas kapal.

“Sementara di bagian bawah, keempat korban sempat berteriak agar pekerjaan di atas dihentikan dahulu,” lanjutnya.

Pihak perusahaan juga menolak saat disebut lalai dalam pengawasan keselamatan bagi para pekerja.

Hal ini dikuatkan dengan jadwal pengerjaan pembersihan tangki kapal yang seharusnya sudah selesai dilakukan sebelum peristiwa terjadi.

Namun, pihak perusahaan juga mengakui bahwa progres cleaning tangki kapal belum selesai dilakukan hingga ledakan tersebut terjadi.

“Bukan lalai di pengawasan, pengerjaan pada bagian bawah seharusnya dijadwalkan selesai sebelum peristiwa. Makanya tadi kami sebut, pekerjaan di bawah belum ada pemberitahuan tulisan ke kami,” paparnya.

Walau demikian, selaku saksi mata, Mike mengaku berusaha melakukan upaya penyelamatan terhadap keempat korban.

Namun, akibat pemadaman listrik yang terjadi, mengakibatkan alat pemadam kebakaran milik perusahaan tidak dapat digunakan.

“Saya sempat menarik salah satu korban selamat. Disana sambil menangis, dia menyebut bahwa masih ada dua orang pekerja yang terjebak. Disana saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi,” tuturnya.

Mendapat penjelasan seperti ini, Bobi kemudian menyebutkan bahwa PT. Marcopollo Shipyard menjadi perusahaan galangan kapal di Batam yang menghasilkan korban terbanyak dikarenakan kurangnya keamanan perusahaan.

“Jadi bisa dikatakan bahwa dari banyaknya laka kerja di Batam. Perusahaan ini menjadi penghasil korban laka kerja terbanyak saat ini,” lanjutnya.

Editor: WIL