Taiwan mengaku tengah mempersiapkan perang usai menyebut militer China berulang kali melanggar garis median pulau itu.

Menteri Pertahanan Taiwan, Chiu Kuo-cheng, mengatakan Taiwan sudah mempersiapkan, jika betul Beijing bakal menginvasi.

“Kami sedang membangun persenjataan kami dan mempersiapkan perang sesuai rencana kami sendiri,” kata Chua kepada anggota parlemen pada Rabu (5/10), seperti dikutip Radio Free Asia.

Sementara itu, wakil menteri ekonomi Taiwan, Chen Chern Chyi mengatakan pemerintah telah menginventaris bulanan pasokan makanan dan energi yang penting.

Lebih lanjut, Chen mengatakan perusahaan energi milik negara Taipower dan perusahaan penyulingan milik CPC Corp siap memastikan pasokan energi.

“Kami ingin memastikan kami punya persediaan di periode tertentu di Taiwan, termasuk makanan, termasuk pasokan bahan bahan krusial, mineral, kimia, dan tentu saja energi,” ujar Chen.

Pernyataan Chui muncul usai Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China dianggap menghancurkan kesepakatan diam-diam antar mereka.

Menurut Chui, PLA melanggar kesepakatan itu saat melakukan serangan yang melintasi garis median Selat Taiwan.

Garis median terletak sekitar 40 km dari perairan Taiwan. Garis ini tercipta dari seorang jenderal AS saat permusuhan antara Beijing dan Taipei memuncak pada 1954.

Chua juga menegaskan akan mengambil tindakan jika China melintasi garis merah. Namun, dia tak menerangkan rincian lebih lanjut garis merah yang dimaksud.

“Garis tengah seharusnya menjadi kesepakatan untuk semua orang. Kesepakatan diam-diam [tacit agreement] telah runtuh,” kata Chiu.

PLA sebelumnya sangat menghormati garis itu. Namun pada 2020 Kementerian Luar Negeri china mengatakan tak ada hal demikian.

“Mereka ingin membangun normal baru tapi kami tak berubah, kami akan berdiri teguh saat mereka muncul. Kami tak menyerah,” kata Chiu.

Terlepas dari komentar Chiu, beberapa pihak menilai China anak menginvasi Taiwan dalam beberapa tahun mendatang.

Menurut eks analis badan intelijen AS (CIA), John Culver, China akan menginvasi pada awal 2024. Namun, beberapa pengamat menilai lebih besar kemungkinan pada 2027.

Dalam tulisan Culver di Carnegie Endowment for International Peace, ia mengatakan tanda-tanda perang mulai muncul.

Misalnya terus memobilisasi dan menggelar latihan reguler, pembangunan rumah sakit lapangan dan latihan propaganda yang ditujukan untuk mempersiapkan masyarakat umum terhadap dampak konflik militer.

Editor: HER

Sumber: cnnindonesia