Amerika Serikat (AS) dan Taiwan sepakat untuk memulai pembicaraan kesepakatan perdagangan di bawah inisiatif baru. Hal itu dilakukan di tengah perseteruan dengan China.

Washington dan Taipei meluncurkan Inisiatif Perdagangan AS-Taiwan Abad ke-21 pada Juni lalu, hanya beberapa hari setelah pemerintahan Biden mengeluarkan Taiwan dari rencana ekonomi yang berfokus pada Asia yang dirancang untuk melawan pengaruh China yang semakin besar.

Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan kedua belah pihak telah mencapai konsensus tentang mandat negosiasi. Mereka berharap dengan perkembangan itu, putaran pertama pembicaraan akan berlangsung awal musim gugur ini.

“Kami berencana untuk mengejar jadwal ambisius untuk mencapai komitmen berstandar tinggi dan hasil yang berarti yang mencakup sebelas bidang perdagangan dalam mandat negosiasi yang akan membantu membangun ekonomi abad ke-21 yang lebih adil, lebih sejahtera, dan tangguh,” ujar Deputi Perwakilan Dagang Amerika Serikat Sarah Bianchi dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters, Kamis (18/8).

Negosiator perdagangan utama Taiwan John Deng mengungkapkan kepada wartawan di Taipei bahwa dia berharap pembicaraan dapat dimulai bulan depan. Suatu hari, sambungnya, kesepakatan ini dapat mengarah pada kesepakatan perdagangan bebas yang telah lama dicari pulau itu dengan Amerika Serikat.

Mandat negosiasi yang dirilis bersamaan dengan pengumuman tersebut mengatakan AS dan Taiwan telah menetapkan agenda yang kuat untuk pembicaraan mengenai isu-isu seperti fasilitasi perdagangan, praktik regulasi yang baik, dan menghilangkan hambatan diskriminatif terhadap perdagangan.

Awal dari pembicaraan formal akan bertujuan untuk mencapai kesepakatan dengan komitmen standar tinggi dan hasil yang berarti secara ekonomi.

Deng mengatakan satu topik yang akan dibahas adalah pemaksaan ekonomi China, referensi untuk tindakan yang diambil Beijing untuk memblokir perdagangan dengan negara-negara yang bersengketa, seperti ketika Lithuania mengizinkan Taiwan untuk membuka kedutaan de facto di ibu kota-nya.

“Target pemaksaan ekonominya bukan hanya AS atau Taiwan, itu dilakukan ke banyak negara. Kerugiannya terhadap tatanan ekonomi dan perdagangan global sangat besar,” kata Deng.

Terlepas dari kurangnya hubungan diplomatik formal, AS sangat ingin meningkatkan dukungan untuk Taiwan, terutama karena menghadapi tekanan politik yang meningkat dari China untuk menerima klaim kedaulatannya.

Sementara itu, China menegaskan kembali penentangannya terhadap rencana inisiatif kesepakatan perdagangan baru itu.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin mengatakan kepada wartawan di Beijing bahwa China menentang negara mana pun yang menandatangani kesepakatan perdagangan resmi dengan Taiwan, dan dia meminta AS untuk menghentikan keterlibatannya dengan pulau itu.

“China akan mengambil langkah tegas untuk menegakkan kedaulatan nasional dan integritas teritorialnya. Kami menyarankan AS berhenti membuat keputusan yang salah,” katanya.

Editor: ARON
Sumber: cnnindonesia