Gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) mengakui salah satu komandan senior bersenjata tewas dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza.

“Brigade Al-Quds (Brigade Yerusalem) berduka atas pemimpin Khaled Mansour, anggota dewan keamanan dan komandan wilayah selatan (Jalur Gaza) yang menjadi martir akibat serangan udara Israel kemarin (Sabtu),” ungkap kelompok itu, dikutip dari Reuters, Minggu (7/8/2022).

Brigade Al-Quds adalah sayap bersenjata kelompok tersebut.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Jalur Gaza mengatakan 32 orang termasuk enam anak-anak tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina sejak Jumat (5/8) hingga Sabtu (6/8). Selain itu, ratusan orang lainnya terluka akibat gempuran Israel.

Berdasarkan catatan Palestina, para anak yang tewas tersebut merupakan korban serangan udara Israel di Jabalia. Namun, Israel membantah pasukan mereka melancarkan serangan di daerah itu.

Mengutip AFP, aksi saling gempur ini bermula ketika Israel melancarkan serangan udara sebagai upaya pencegahan pada Jumat (5/8). Menurut mereka, kelompok Jihad Islam tengah menyusun rencana untuk menyerang Israel.

Sebanyak 15 orang tewas akibat serangan Israel tersebut, salah satunya anak perempuan berusia lima tahun. Sementara, 55 warga Palestina lainnya juga terluka.

Tak tinggal diam, Jihad Islam lantas membalas dengan menembakkan lebih dari 100 roket ke arah Israel. Namun, tak ada korban dalam serangan ini.

Israel menyatakan bahwa mereka akan terus menggempur. Serangan itu bahkan bisa bertahan sampai sepekan ke depan.

“Pasukan bersiap untuk operasi bertahan hingga sepekan,” kata seorang juru bicara militer Israel.

Ia mengatakan belum ada perundingan damai antara Israel dan Hamas. Sumber kelompok milisi Jihad Islam di Palestina juga menegaskan tak akan ada gencatan senjata dalam waktu dekat.

“Untuk gerakan kami, fokusnya di medan perang,” ujar sumber tersebut.

Meski demikian, profesor ilmu politik Universitas Al-Azhar di Jalur Gaza, Jamal al-Fadi, menganggap perang ini akan berakhir dalam hitungan hari.

“Jihad Islam menanggapi (serangan) dengan sangat terbatas demi mencegah penjajah [Israel] memperkuat serangan udaranya,” tutur Fadi.

Editor: HER

Sumber: cnnindonesia