Ahli bedah di New York University mengumumkan keberhasilan mereka mentransplantasikan jantung babi yang direkayasa secara genetik ke dalam dua orang dengan kondisi mati otak. Para peneliti meyakini eksperimen semacam ini menjadi harapan di masa depan untuk mengatasi kekurangan organ manusia.

“Jantung berfungsi normal, tanpa tanda-tanda penolakan selama percobaan tiga hari pada bulan Juni dan Juli,” kata mereka pada konferensi pers, Selasa (12/7/2022).

Riset ini melanjutkan penelitian pria 57 tahun yang sebelumnya menjalani prosedur serupa di University of Maryland. Menjadi orang pertama yang menerima transplantasi jantung babi dengan modifikasi secara genetik.

Belakangan, eksperimen tersebut berakhir gagal, pasien tersebut meninggal dunia. Alasan mengapa jantung baru yang ditransplantasikan gagal masih belum jelas.

“NYU mendapatkan jantung babi yang direkayasa oleh Revivicor Inc dan menyaringnya dari virus menggunakan protokol pemantauan yang ditingkatkan,” kata para peneliti, dikutip dari Reuters.

Jantung tidak menunjukkan bukti adanya virus babi yang disebut porcine cytomegalovirus yang terdeteksi dalam darah pria Maryland. Sebelumnya, porcine cytomegalovirus diyakini menjadi salah satu penyebab kematiannya.

Babi memiliki empat modifikasi genetik untuk mencegah penolakan dan pertumbuhan organ abnormal, enam lainnya untuk membantu mencegah ketidakcocokan antara babi dan manusia. Peneliti NYU juga mentransplantasikan ginjal babi ke dua orang dengan kondisi mati otak pada tahun 2021.

Kini, mereka meyakini xenotransplantasi lebih aman pada pasien mati otak daripada pasien hidup.

“Pengujian yang lebih sering memberikan detail yang luar biasa,” kata Dr Robert Montgomery, direktur Institut Transplantasi Langone NYU, dan penerima transplantasi jantung di NYU.

“Kami mampu secara real time untuk menangkap semua yang terjadi selama periode 72 jam itu,” katanya.

Pengadaan, transportasi, operasi transplantasi, dan imunosupresi semuanya dilakukan dengan cara yang sama seperti pada transplantasi jantung manusia pada umumnya, kata para peneliti.

“Tujuan kami adalah untuk mengintegrasikan praktik yang digunakan dalam transplantasi jantung sehari-hari yang khas, hanya dengan organ bukan manusia yang akan berfungsi normal tanpa bantuan tambahan dari perangkat atau obat-obatan yang belum teruji,” kata Dr Nader Moazami, direktur bedah transplantasi jantung di NYU Langone.

“Eksperimen 72 jam menghasilkan data awal, meninggalkan banyak pertanyaan yang harus dijawab sebelum memulai uji coba jantung babi manusia,” tambahnya.

Editor: ARON
Sumber: detikhealth