Sebanyak 15 kasus hepatitis akut misterius pada anak telah terdeteksi di Indonesia. Kondisi ini tak ayal membuat banyak orang tua khawatir.

Penyakit misterius yang menyerang organ hati ini ditemukan lebih banyak menyerang kelompok anak. Penyebabnya tak diketahui secara pasti. Diduga, kondisi sistem kekebalan tubuh anak yang belum sempurna menjadi salah satu faktor risikonya.

Namun, orang tua tak perlu khawatir. Alih-alih khawatir, bekali diri Anda dengan informasi terkait penyakit tersebut.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui orang tua soal hepatitis akut misterius.

1. Seberapa sering hepatitis terjadi pada anak?
Hepatitis merupakan peradangan pada jaringan hati. Ada beberapa penyebab hepatitis, tergantung pada jenisnya. Mulai dari kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan tertentu, hingga kondisi autoimun.

Dokter darurat dan ahli manajemen kesehatan di George Washington University, Leana Wen mengatakan bahwa hepatitis pada dasarnya tak terlalu umum terjadi pada anak.

2. Berapa anak yang telah terkena hepatitis akut misterius?
Pada 1 Mei lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan setidaknya ada 228 kasus hepatitis anak yang tercatat. Lusinan kasus lainnya masih dalam penyelidikan. Ratusan kasus ini terjadi di lebih dari 20 negara.

Di Indonesia sendiri, Kemenkes telah mencatat sebanyak 15 kasus hepatitis akut misterius.

3. Apa penyebab hepatitis akut misterius?
Saat pasien dengan gejala hepatitis datang ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes), mereka umumnya akan menjalani pemeriksaan untuk mengetahui jenisnya A, B, atau C. Hepatitis A, B, dan C merupakan yang paling umum ditemukan.

Namun, pada kasus hepatitis akut, tak ditemukan adanya virus penyebab hepatitis A, B, dan C.

Sejauh ini, para ahli menduga bahwa Adenovirus menjadi biang keroknya. Adenovirus sendiri merupakan kelompok besar virus yang menginfeksi hewan dan manusia. Virus satu ini biasa berada di jaringan amandel.

4. Apakah hepatitis akut berkaitan dengan Covid-19?
Banyak orang menduga hepatitis akut menjadi salah satu dampak dari long Covid-19. Namun, hal ini telah dibantah oleh sejumlah pihak.

Ketua Satgas Covid-19 PB IDI Zubairi Djoerban mengatakan bahwa hepatitis akut tak disebabkan oleh long Covid-19. “Long Covid sebabkan hepatitis misterius? Tidak. Pasien-pasiennya justru sehat,” ujar Zubairi dalam sebuah cuitan di akun Twitter-nya.

Ia menukil penyelidikan di Alabama, Amerika Serikat, di mana tak satu pun dari pasien hepatitis akut yang memiliki riwayat infeksi Covid-19.

Beberapa orang juga menganggap hepatitis akut menjadi efek samping dari vaksinasi Covid-19. Namun, hal tersebut telah dibantah oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

“Sampai saat ini, hepatitis akut berat tidak berkaitan dengan vaksin Covid-19, karena sebagian besar dari kasus yang muncul justru belum vaksin,” ujar Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi IDAi, Muzal Kadim pada Sabtu (7/4) lalu.

5. Apa saja gejala yang perlu diwaspadai?
Orang tua disarankan untuk tidak panik. Alih-alih panik, lengkapi diri tentang pengetahuan soal hepatitis akut misterius.
Gejala awal hepatitis akut tidak begitu spesifik. Sebagian besar pasien mengalami mual, muntah, sakit perut, diare, dan demam ringan. Beberapa juga mengalami penurunan nafsu makan dan nyeri sendi.

Orang tua juga perlu mewaspadai gejala yang cukup berat seperti air urine yang berwarna gelap atau kuning pekat hingga tinja yang berwarna terang.

Selain itu, perhatikan juga jika gejala-gejala penyakit kuning mulai muncul. Misalnya saja kulit atau bagian putih mata yang menguning.

6. Bagaimana penolongan pertamanya dan kapan harus dibawa ke RS?
IDAI telah memberikan langkah-langkah penolongan pertama jika Anda menemukan gejala hepatitis akut misterius pada anak.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastro-Hepatologi IDAI, Muzal Kadim mengatakan, orang tua bisa memberikan obat penurun demam terlebih dahulu jika suhu tubuh anak terpantau tinggi. Anak juga bisa diberikan obat pereda mual dan muntah.

Muzal juga menekankan pentingnya pemberian asupan cairan. Pasalnya, gejala muntah dan diare bisa membuat tubuh kehilangan banyak cairan.

“Jika demam, muntah, dan diare mereda dan hilang dalam beberapa saat, maka tidak perlu melakukan pemeriksaan lanjutan. Namun, bila gejala masih ada sampai beberapa hari, maka sebaiknya bawa ke rumah sakit,” ujar Muzal.

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikit mengimbau orang tua untuk melakukan pemeriksaan SGPT dan SGOT pada anak. SGPT dan SGOT merupakan dua jenis enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel hati.

“Kalau [angkanya] sudah di atas 100, lebih baik dibawa ke fasilitas kesehatan. Karena SGPT dan SGOT normalnya itu di level 30-an. Kalau sudah naik agak tinggi, sebaiknya diarahkan ke fasilitas kesehatan,” ujar Budi, Senin (9/5).

7. Bagaimana cara mencegahnya?
Para ahli menduga, penyakit hepatitis akut misterius menular melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Utamanya, penyakit ini menular melalui asupan makanan yang masuk melalui mulut.

“Virus [penyebab hepatitis akut misterius] ini menular lewat asupan makanan, lewat mulut,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin (9/5).

Dengan demikian, orang tua bisa melakukan pencegahan dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Ajarkan anak untuk rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah memegang barang tertentu, serta setelah menggunakan fasilitas kamar mandi.

Orang tua juga perlu memastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi matang penuh dan aman. Patogen akan berkembang dengan baik dalam kondisi makanan mentah.

Selain itu, orang tua juga bisa tetap menerapkan protokol kesehatan ala Covid-19 pada anak. Menggunakan masker, jauhkan anak dari kontak dengan orang yang sakit, hingga hindari kerumunan. Hal ini disarankan karena ada kemungkinan virus juga menular melalui pernapasan.

Editor: ARON
Sumber: cnnindonesia