Ban tanpa udara dianggap menjadi salah satu masa depan komponen pendukung industri otomotif. Beberapa produsen ban kenamaan sudah mulai mengembangkan dan siap merilis ban tersebut.

Secara garis besar ban tanpa udara sama seperti ban konvensional. Dari bentuk seperti donat, berwarna hitam, terbuat dari karet. Bedanya ban tanpa udara tidak dirancang untuk menampung udara karena memiliki bentuk dinding berongga.

Ban tanpa udara memiliki struktur yang terbilang unik pada bagian dinding. Bisa dikatakan fungsinya sebagai penyangga antara bagian tapak ban dengan pelek. Dari struktur tersebut bisa dipahami kerja ban tak akan menggunakan tekanan udara.

Keberadaan struktur tersebut juga sekaligus berfungsi sebagai peredam guncangan, ini akan membantu suspensi meredam daya kejut ketika menghantam lubang atau jalan tidak rata.

Berikut sejumlah fakta terkait harga, kapan rilis, kekuatan, hingga kelebihan dan kekurangan ban tanpa udara.

Sederet perusahaan pembuat ban mobil sudah membocorkan rilis ban tanpa udara ini. Seperti contohnya Michelin yang menentukan target mulai memproduksi ban tanpa udara bernama Unique Puncture-proof Tire System (UPTIS) mulai 2024.

Sedangkan produsen lainya yaitu Bridgestone disebut bakal merilis ban tanpa udara ke publik pada 2025.

Teknologi ban tanpa udara besutan Michelin dikembangkan selama lebih dari 16 tahun lalu. Sejak pertama kali ditulis gizmag.com pada 2005, dengan cepat ban model ini menjadi cerita paling populer.

Ban tanpa udara disebut bertahan sekitar tiga kali lebih lama dari ban konvensional. Michelin mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui berapa lama ban itu akan bertahan. Pengemudi harus memeriksa ban maksimal lima tahun.

Michelin berharap ulir pada ban bisa bertahan dua hingga tiga kali lebih lama dari ban konvensional. Sebab, pengemudi bisa mengganti karet tapak di sekitar lingkar luar ban saja jika ban sudah aus.

Hal ini berbeda dari ban konvensional yang mengharuskan seluruh bagian ban diganti saat tapak ban aus, seperti dikutip Motor Biscuit.

Sehingga, pengemudi disebut tidak perlu membawa ban serep selama perjalanan. Klaim lain dari pabrikan bila ban seperti ini juga ramah lingkungan sebab material yang digunakan dapat didaur ulang.

Dikutip Clean Technica, ban tanpa udara didesain menyatu dengan pelek. Sehingga, bagian velg dan ban disebut menjadi sebuah kesatuan yang tak bisa diganti.
Meskipun ban tanpa udara menjadi terobosan teknologi otomotif, ada hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan. Masalah estetika menjadi pertimbangan yang menjadi risiko kemajuan teknologi ban tersebut.

Sedangkan keuntungan menggunakan ban tanpa udara cukup jelas. Pengendara tidak akan pernah bisa dihentikan oleh kebocoran ban. Ban ini tidak akan mengalami masalah jika tertembus paku atau benda tajam lainnya sebab memang dirancang tanpa udara sehingga tak mungkin kempis.

Michelin mengatakan sekitar 200 juta ban setiap tahun berakhir di tempat pembuangan sampah lebih awal lantaran bocor ban. Ban tanpa udara diklaim memiliki masa pakai yang lama, sehingga tak menghasilkan banyak limbah, menurut laporan Motor Biscuit.

Rongga pada ban dapat diatur untuk memenuhi karakteristik yang diinginkan. Anda dapat menyetel kaku atau lenturnya ban secara individual di bawah gaya akselerasi, pengereman, menikung, dan penanganan benturan. Karakteristik ban terhadap benturan bahkan dapat disetel untuk kebutuhan suspensi di beberapa jenis kendaraan.

Harga ban tanpa udara
Michelin mengatakan ban tanpa udara Uptis bakal dijual antara US$40 atau senilai Rp639 ribu(kurs Rp14.202) hingga US$65 atau senilai Rp923 ribu per ban.

Sementara untuk harga ban tanpa udara Bridgestone QuietTrack, disebut akan dilego lebih mahal, US$133 per ban atau sekitar Rp1,9 juta (kurs Rp14.217,75).

Harga tersebut diangfap jauh lebih mahal dibandingkan harga ban biasa. Namun tentunya banyak keuntungan yang didapat bagi para pengemudi.

Editor: Aron
Sumber: cnnindonesia