Singapura mewaspadai gelombang Covid-19 varian Omicron. Kini, Omicron mendominasi setidaknya 70 persen keseluruhan kasus Covid-19 di Singapura, bahkan diduga sudah mencapai 90 persen.

“Kenyataannya, proporsinya cenderung lebih tinggi, mungkin mendekati 90 persen atau lebih. Omicron jelas mendominasi varian Delta di Singapura,” kata Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Singapura, Gan Kim Yong, seperti dikutip Channel NewsAsia, Jumat (21/1).

Gan mengatakan, dengan kemampuan varian Omicron yang mudah menular, Singapura sangat mungkin menghadapi gelombang signifikan.

Senada dengan Gan, Kementerian Kesehatan (MoH) juga memperkirakan jumlah kasus Covid-19 akan meningkat tajam.

“Kasus bisa berlipat ganda setiap dua hingga tiga hari dan bisa mencapai 10.000 hingga 15.000 kasus per hari, atau bahkan lebih,” bunyi pernyataan MoH.

Meski demikian, Gan menyebutkan sebagian besar kasus Omicron tidak separah kasus Delta. Menurutnya, warga yang telah divaksinasi lengkap dan telah menerima dosis booster tidak akan menderita gejala parah.

“Persentase mereka yang membutuhkan bantuan oksigen, perawatan intensif, atau meninggal jauh lebih rendah daripada saat gelombang Delta,” ujarnya.

MoH pun menyatakan, Singapura harus memusatkan perhatiannya pada jumlah pasien di unit perawatan intensif ketimbang menyoroti jumlah kasus. Namun, Singapura tetap tak boleh lengah.

“Penularan Omicron yang lebih tinggi berarti bahwa kita tidak dapat lengah karena peningkatan jumlah kasus secara keseluruhan yang tidak terkendali masih dapat mendorong penerimaan rumah sakit dan ICU ke tingkat yang tidak dapat dikelola,” bunyi pernyataan tersebut.

Protokol Kesehatan

Sebagai langkah persiapan menghadapi gelombang Omicron, MoH akan menerapkan sejumlah tindakan, seperti menangguhkan kunjungan ke bangsal rumah sakit dan panti jompo selama empat minggu ke depan.

Mereka juga disebut telah membuat rencana untuk mengoptimalkan sumber daya perawatan kesehatan dan menyesuaikan protokol pemulihan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh National Center of Infectious Diseases (NCID) menunjukkan, meskipun varian Omicron lebih menular, tapi mereka yang terinfeksi cenderung membawa viral load lebih rendah, serta umumnya pulih lebih cepat.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Menteri Kesehatan, Ong Ye Kung, akan mengurangi periode isolasi bagi individu yang telah divaksinasi lengkap serta bagi anak-anak di bawah 12 tahun. Periode isolasi itu akan dipangkas dari 10 hari menjadi tujuh hari.

Selain itu, MoH juga akan mengizinkan pemberlakuan Protokol 2. Berdasarkan protokol tersebut, individu yang tidak menunjukkan gejala atau mengalami gejala ringan harus mengisolasi diri di rumah selama 72 jam.

Mereka dapat kembali diizinkan melakukan aktivitas normal bila sudah melakukan tes Covid-19 setelah isolasi dan hasilnya negatif.

Editor: ARON

Sumber: cnnindonesia