Kerusuhan di kota terbesar Kazakhstan, Almaty, masih terus berlanjut hingga Kamis (6/1) waktu setempat. Di tengah situasi yang mencekam ini, belasan personel pasukan keamanan ditemukan tewas dan ribuan orang diamankan.

Dikutip dari Reuters, 18 anggota pasukan keamanan Kazakhstan dilaporkan tewas, dengan dua di antaranya dalam keadaan kepala terpenggal. 748 petugas luka-luka, dan 2.000 orang diamankan.

Kepolisian mengatakan, mereka membunuh puluhan pelaku kerusuhan pada Rabu (5/1) malam hingga Kamis dini hari.

Di Almaty, terdengar suara tembakan dan ledakan ketika kendaraan militer dan pasukan keamanan tiba.

Kediaman Presiden Kazakhstan dan kediaman Wali Kota Almaty dibakar oleh pengunjuk rasa. Mobil-mobil hangus terbakar tampak berserakan di jalan.

“Saya tak pernah tahu rakyat kami bisa semengerikan ini,” ujar guru taman kanak-kanak bernama Samal kepada kantor berita AFP.

Setelah sempat dikuasai oleh pengunjuk rasa, Bandara Internasional Almaty berhasil dikendalikan oleh pasukan militer Kazakhstan.

Bersamaan dengan ini, pada Kamis (6/1) malam pertempuran antara pasukan militer dan pengunjuk rasa di plaza utama Almaty kembali pecah. Akses internet di negara Asia Tengah ini juga terputus akibat kerusuhan ini.

Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev, mengatakan kerusuhan yang terjadi di negaranya disebabkan oleh “kelompok teroris” yang sudah “menerima pelatihan di luar negeri.”

Pasukan Rusia Tiba di Almaty

Presiden Tokayev akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan militer kepada negara sahabatnya, Rusia. Moskow tidak merincikan berapa banyak pasukan yang dikirimkan ke negara kaya minyak bumi ini.

Moskow mengatakan, mereka akan melakukan konsultasi dengan Kazakhstan dan sekutunya mengenai langkah yang bisa diambil untuk mendukung “operasi kontra-terorisme Kazakhstan.”

Sekretaris umum dari aliansi eks negara Soviet, Collective Security Treaty Organization atau CSTO, mengatakan sekitar 2.500 pasukan perdamaian dikerahkan ke Kazakhstan.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan, kerusuhan ini merupakan “upaya yang terinspirasi dari luar untuk merusak keamanan dan integritas dari Kazakhstan.”

Kekacauan seperti ini hampir tidak pernah terjadi sebelumnya. Situasi mencekam ini awalnya disebabkan oleh demonstrasi akibat melambungnya harga LPG pada awal tahun ini.

LPG sangat krusial bagi warga Kazakhstan, sebab banyak kendaraan yang dimodifikasi untuk menggunakan LPG sebagai bahan bakarnya. Harga BBM memang lebih tinggi dibandingkan LPG.

Tokayev awalnya merespons kerusuhan dengan membubarkan kabinet dan mengembalikan harga. Ia juga memberlakukan keadaan darurat di kota-kota besar, termasuk ibu kota Nursultan.

Akan tetapi kebijakan itu tidak cukup ampuh. Massa malah makin mengamuk dan bahkan mulai menuduh pemangku kekuasaan di Kazakhstan melakukan korupsi besar-besaran.

Editor: ARON
Sumber: kumparan