Malaysia mendeteksi kasus pertama Covid-19 varian Omicron pada Jumat (3/12).
Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin mengatakan Covid-19 varian Omicron menginfeksi seorang pendatang asing yang baru datang dari Afrika Selatan.

Dikutip Reuters, pendatang tersebut tiba di Malaysia melalui Singapura pada 19 November lalu.

Sementara itu, dilansir The Star, Khairy mengatakan sejauh ini ada 8 orang dalam pemantauan lantaran menjalin kontak dekat dengan pasien Covid-19 varian Omicron tersebut.

“Delapan orang kontak erat dengan pasien Covid-19 varian Omicron akan menjalani tes PCR-swab hari ini,” kata Khairy.

Kemunculan varian Omicron di Malaysia berlangsung sehari setelah Singapura mendeteksi kasus pertama varian serupa.

Pada Kamis (2/12), Singapura mendeteksi dua kasus Covid-19 varian Omicron dan kedua pasien itu baru tiba dari Johannesburg pada 1 Desember dan kini tengah diisolasi.

Singapura pun terus melakukan pelacakan kontak alih-alih menemukan kasus varian Omicron yang belum terdeteksi.

Mendengar kabar tersebut, Malaysia pun segera memantau ketat penyebaran Omicron da setiap pendatang asing, terutama dari Singapura.

Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah, mengatakan pemeriksaan tambahan akan diterapkan terutama saat kedatangan dan sebelum perjalanan menuju Malaysia.

“Kami terus memonitor situasi dengan ketat dan proses pemeriksaan tambahan juga akan diterapkan,” kata Noor seperti dikutip Straits Times.

“Bagi mereka (pendatang) yang berisiko tinggi (membawa varian Omicron) kami akan memeriksa dengan tes genomic sequencing,” paparnya.

Hingga kini, para ilmuwan memang belum bisa menyimpulkan apakah varian Omicron lebih menular dan mampu mengurangi efikasi vaksin Covid-19 yang sudah ada.

Salah satu yang memicu kekhawatiran para ahli adalah varian Omicron memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi, melebihi 30 sel kunci protein spike.

Jumlah mutasi itu tidak biasa jika dibandingkan dengan varian Covid-19 lainnya selama ini.

Para ilmuwan khawatir tingginya jumlah mutasi Omicron dapat membuat varian Covid-19 ini lebih mudah menular dan mengurangi kekebalan imun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa varian ini berisiko sangat tinggi dan dapat memicu terjadinya kenaikan angka kasus Covid-19.

“Tergantung dari karakteristiknya, kemungkinan bisa ada lonjakan Covid-19 di masa mendatang, yang bisa berdampak parah, tergantung pada sejumlah faktor, termasuk di mana lonjakan terjadi,” demikian pernyataan WHO yang dikutip Associated Press, Senin (29/11).

Editor : ARON
Sumber : cnnindonesia