Varian corona Delta Plus A.Y.4.2 dilaporkan sudah mencapai negara tetangga dekat Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Pemerintah langsung waspada penuh atas laporan tersebut. Alasannya begitu jelas varian corona tersebut 15 persen lebih ganas dari varian sebelumnya. Sejumlah ilmuwan bahkan menyebut, A.Y.4.2 enam kali lebih menular dibanding varian Delta.
Merespons masuknya varian Delta Plus, Koordinator PPKM Jawa Bali Luhut Pandjaitan memastikan pemerintah akan sangat berhati-hati dalam mengantisipasi varian COVID-19 tersebut.
“Saya rasa ini penjelasan dari kami mudah-mudahan ini memberikan gambaran lebih utuh kepada masyarakat Indonesia untuk kita semua hati-hati menghadapi ini. Karena sudah dialami banyak negara lain,” kata Luhut.
Komentar Luhut diperkuat dengan pernyataan Menkes Budi Gunadi Sadikin. Dia menegaskan, bakal meningkatkan pengawasan.
“Varian A.Y.4.2 sudah sampai di Malaysia tapi belum atau tidak terdeteksi di Indonesia sampai sekarang. Dan kita melakukan genome sequence antara 1.500 sampai 1.800 tes perbulan,” kata Menkes Budi.
Kondisi COVID-19 di Malaysia dan Singapura
Kondisi pandemi COVID-19 di Malaysia, yang sudah varian Delta Plus sudah ditemukan, sangat dinamis.
Meski ada penurunan kasus, penambahan harian COVID-19 di Negeri Jiran sejak akhir Oktober masih di sekitar angka 4 ribu sampai 5 ribu kasus.
Menurut data Reuters, dalam 7 hari terakhir sampai 9 November 2021, per 100 ribu orang di Malaysia ada 108 kasus infeksi virus corona.
Positivity rate masih berada di angka 4.6 persen. Angka tersebut hanya sedikit di bawah standar WHO yaitu kurang dari lima persen. Jumlah tersebut pun jauh di bawah Indonesia yang positivity rate selama Oktober 2021 konsisten di bawah dua persen.
Sementara itu, di Singapura Kementerian Kesehatan setempat pada 29 Oktober 2021 mengumumkan soal penemuan kasus varian AY.4.2. Kasus itu dipastikan adalah penularan impor dan tidak terjadi di Singapura.
Meski demikian, sepekan sepekan lalu Singapura mencatatkan rata penambahan kasus sebanyak 2800an per hari.
Rata-rata penambahan kasus sebanyak itu belum pernah terjadi sebelumnya di Negeri Singa. Oktober hingga awal November Singapura memasuki fase terburuk sepanjang pandemi COVID-19.
Saat ini Singapura masih menjadi negara paling terdampak COVID-19 di Asia Tenggara.
Editor : ARON
Sumber : kumparan