Baru-baru ini, ilmuwan Amerika Serikat di Pusat Kesehatan NYU, New York City, sukses melakukan transplantasi ginjal babi ke manusia untuk pertama kalinya. Artinya, ginjal babi bisa menjadi alternatif transplantasi ginjal.

Akan tetapi bukan sembarang ginjal babi yang ditransplantasikan. Dilansir dari Reuters, ginjal diambil dari babi yang sudah mengalami rekayasa genetik. Dari babi yang sudah direkayasa secara genetik ini diperoleh ginjal yang bisa diterima tubuh manusia.

Ginjal babi kemudian ditransplantasikan ke pasien yang sudah mengalami mati otak dengan tanda-tanda disfungsi ginjal atas izin keluarga pasien.

Ahli bedah transplantasi, Robert Montgomery menyebut, hasil transplantasi ginjal tampak sangat normal. Ginjal baru mulai memproduksi urine dan tidak ada tanda penolakan langsung.

Transplantasi ginjal babi ke manusia ini memang tampak menjanjikan. Ahli biologi molekuler, Ahmad Rusdan Utomo mengatakan, organ babi dan organ manusia memiliki 84 persen kesamaan genetik.

“[Selain itu] babi mudah diternakkan sehingga bisa menjadi sumber transplantasi bagi mereka yang gagal ginjal,” ujar Ahmad pada CNNIndonesia.com, melalui pesan teks, Jumat (22/10).

Kendala Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia

Nurse with stethoscope holding anatomical model of healthy human kidney. White background.Ilustrasi. Keberhasilan transplantasi ginjal babi ke manusia jadi salah satu kemajuan sains yang memberikan harapan baru bagi masyarakat. (Istock/ericsphotography)

Hanya saja, Ahmad menyebut, implementasi transplantasi ginjal dengan menggunakan ginjal babi masih terkendala beberapa hal. Kendala itu di antaranya kebutuhan rekayasa genetika babi dan polemik status halal.

Organ babi, lanjutnya, memiliki molekul gula di permukaannya. Hal ini bisa memicu reaksi imun manusia.

Pada eksperimen di AS, tim peneliti menggunakan babi yang sudah melalui rekayasa genetika sehingga ginjal babi bebas molekul gula.

Ginjal dari babi hasil rekayasa genetika menunjukkan hasil aman dan tidak ada reaksi imun. Jika ginjal yang digunakan berasal dari babi biasa, organ tidak akan bertahan lama di tubuh manusia karena dibunuh sistem imun manusia.

“Timbul reaksi imun, ginjal hewan enggak akan tahan lama dibunuh imun manusia dan manusianya enggak nyaman ada reaksi imun,” jelasnya.

Kemudian masalah kehalalan. Transplantasi ginjal babi ke manusia dari kacamata ilmu pengetahuan merupakan kemajuan. Namun dari kacamata agama, tentu hal ini berbeda. Menurut Ahmad, secara ‘default’ ini haram.

“Apakah ini halal? Memang secara default adalah haram, kecuali tidak ada sumber lain. Memang perlu kajian fikih,” imbuhnya.

Editor: ARON

Sumber: cnnindonesia