Molnupiravir, obat oral COVID-19 pertama di dunia menjadi incaran banyak negara, termasuk di Asia. Terbaru, Thailand tengah negosiasi membeli 200 ribu program kapsul antivirus besutan perusahaan Amerika Serikat, Merck and Co.
Namun, harga persis jumlah obat yang dibeli, tidak dirinci. Selain Thailand, negeri jiran Malaysia juga rencananya akan membeli molnupiravir. Begitu juga dengan Indonesia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membuka opsi tersebut, rencananya akan dilakukan uji klinis terlebih dulu.

“Tapi juga bisa obat-obatan antivirus baru seperti yang sekarang lagi ramai didiskusikan molnupiravir dari Merck. Jadi obatan-obatan tersebut sudah kita approach pabrikannya,” ungkap Budi dalam telekonferensi pers, Senin (4/10/2021).

Korea Selatan
Dikutip dari The Korea Herald, pemerintah Korea Selatan sudah mengajukan kesepakatan pembelian perawatan obat oral COVID-19 untuk 18 ribu orang. Korsel juga disebut akan menyisihkan sebagian dari anggaran tahun depan untuk membeli dosis yang cukup bagi 20 ribu orang di tahun 2022.

Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea diberikan 41,7 miliar won untuk membeli perawatan COVID-19 tahun depan, dan diketahui bahwa biaya pengobatan Merck, molnupiravir, sekitar 900.000 won per orang atau sekitar 10 juta rupiah.

Namun, para ahli telah menyuarakan keprihatinan bahwa pemerintah Korea membeli terlalu sedikit dosis perawatan COVID-19 meskipun mereka akan sangat penting dalam melakukan upaya strategi ‘new normal; hidup berdampingan dengan COVID-19. Mereka memperkirakan bahwa persaingan untuk membeli perawatan COVID-19 akan semakin ketat di kemudian hari, itulah sebabnya Korea harus tetap terdepan dan membeli sebanyak mungkin pada tahap awal.

Merck mengatakan saat mengumumkan hasil uji klinis bahwa pihaknya berencana untuk memproduksi dosis yang cukup untuk 10 juta orang pada akhir tahun ini, 1,7 juta di antaranya sudah dikontrak untuk diberikan kepada pemerintah AS.

Taiwan
Pada konferensi pers baru-baru ini, Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan Chen Shih-chung menyebut tengah berdiskusi dengan farmasi AS, Merck, untuk mengamankan produk pil obat antivirus COVID-19 pertama di dunia.

Meski begitu, Menkes Taiwan memastikan vaksin COVID-19 tetap didorong cakupannya. Pembelian molnupiravir diketahui akan didorong Pusat Komando Epidemi di Taiwan.

Malaysia
Menteri Kesehatan Khairy Jamaluddin mengaku sudah ada negosiasi untuk mendapat obat molnupiravir dari Merck, perusahaan Amerika Serikat. Hal ini disebut menjadi salah satu cara untuk hidup berdampingan dengan COVID-19.

“Saat kami beralih ke hidup dengan COVID, kami akan menambahkan opsi perawatan baru yang inovatif ke gudang senjata kami selain vaksin,” kata dia, dikutip dari Reuters, Sabtu (2/10/2021).

Thailand
Somsak Akksilp, direktur jenderal Divisi Perusahaan Medis Thailand menilai banyak negara Asia yang ramai-ramai mengamankan dosis molnupiravir, dikarenakan belajar dari pengalaman memesan dosis vaksin.

Banyak lokasi internasional Asia ingin ‘mengunci’ persediaan lebih awal setelah mereka terkena pasokan ketat dari peluncuran vaksin tahun ini, menempatkan tidak sedikit negara Asia yang berada di belakang negara yang lebih kaya, membeli ratusan ribu dosis.

“Kami saat ini terlibat dalam penyelesaian pembelian dengan Merck yang diperkirakan akan selesai minggu ini, kami telah memesan 200.000 program sebelumnya,” kata Somsak.

Diperkirakan, pil molnupiravir yang dipesan akan tiba paling cepat Desember tahun ini.

Perlu diketahui, molnupiravir terbukti memangkas risiko kematian dan rawat inap akibat COVID-19. Perawatan obat ini diberikan dalam waktu 5 hari, dua kali sehari.

Editor : ARON
Sumber : detikhealth